Baca Juga: Pelajaran Perjalanan: Perpaduan Alam dan Insan di T.N. Baluran
Baca Juga: Alasan yang Perlu Anda Ketahui agar Tidak Memelihara Satwa Liar
Baca Juga: Walau Corona adalah Pandemi Zoonosis, Tren Pelihara Satwa Liar Marak
Baca Juga: Perburuan dan Perdagangan Satwa: Hukum dan Universitas Harus Bergerak
Wawan menerangkan, polisi dan tentara, sebagai penegak hukum, adalah garda terdepan keamanan konservasi. Kurikulum konservasi harus ada di akademi, dan harus diajarkan dalam pelatihannya. Mereka harus tahu bahaya dampak kerusakan ekosistem, bahkan jika ada satu spesies yang punah, dan dampaknya bagi manusia. Dengan demikian, polisi dan tentara bisa bergerak aktif dalam menjaga ekosistem, menjerat perusak alam, dan memberantas perburuan satwa liar.
Pendidikan konservasi yang lain bisa diterapkan pada program magang di kampus. Wawan berkaca pada program magang mahasiswa untuk berbagai jurusan dan fakultas oleh Taman Nasional di Amerika Serikat. Hal ini patut untuk dicontoh. Pihak Taman Nasional membuka lowongan magang, dan mengenalkan proses kerja perlindungan atau manajemen di sana.
"Mereka (mahasiswa magang di taman-taman nasional Amerika Serikat) tidak digaji. Enggak ngeluarin anggaran besar. Cukup kasih wisma dan makanan," tutur Wawan. Dia pernah sebelumnya berkunjung ke beberapa Taman Nasional di negeri Paman Sam. Betapa tertegun dirinya bahwa pemerintah Amerika Serikat peduli akan pendidikan konservasi.
Wawan mengatakan, di Indonesia jarang sekali sekolah melakukan kunjungan ke Taman Nasional. Sekalinya murid berkunjung pun pada saat liburan keluarga, sehingga pemahaman tentang ekosistem pun belum menyeluruh pada generasi muda.
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR