Nationalgeographic.co.id—Bagi anak-anak yang hidup di era Yunani kuno, bisa bertahan dari kelahiran merupakan sebuah pencapaian besar. Tapi itu hanya rintangan pertama dalam kisah pertumbuhan hidup mereka. Tumbuh hingga dewasa merupakan tantangan besar bagi anak-anak di Yunani kuno.
Profesor Robert Garland dari Colgate University pernah menulis bahwa hanya anak-anak yang sesuai dengan penilaian ayah mereka atau negara yang akan dipertahankan untuk dibesarkan, sedangkan yang tidak dikehendaki akan ditinggalkan.
"Ini berarti hanya sedikit anak yang selamat untuk hidup. Tetapi bahkan masa bayi mereka pun tidak mulus. Masih banyak rintangan dalam hidup mereka. Sejak awal masa kanak-kanak hingga akhir, mereka harus menghadapi banyak bahaya," tulis Robert Garland dalam sebuah pemaparan di Wondrium Daily.
Lima hari pertama setelah kelahiran merupakan hari-hari yang sangat penting dan menentukan bagi bayi. Sedemikian rupa sehingga anak-anak di Yunani tidak diberi status sosial atau identitas apa pun.
"Anak itu tidak diintegrasikan ke dalam rumah tangga atau oikos, demikian sebutannya, selama lima hari setelah kelahiran kalau-kalau dia tidak selamat," tulis Garland.
"Penyebabnya adalah kurangnya kebersihan yang dapat menyebabkan infeksi yang dapat menyebabkan berbagai penyakit, dan anak dapat meninggal karena penyakit tersebut. Oleh karena itu, merupakan keputusan pragmatis untuk menunggu beberapa saat sebelum memasukkan anak ke dalam rumah tangga."
Tepat setelah lahir, anak itu dibungkus kain dari ujung kepala sampai ujung kaki. Ini disebut band swaddling. Anak itu tetap berada dalam bedong ini selama sekitar 60 hari.
Dari abad kedua hingga ketiga Masehi, ginekolog Yunani Soranos, yang merupakan penulis buku Gynecology, menyarankan agar pembalut wol lembut bersih yang digunakan adalah yang tidak terlalu usang dan lebarnya tiga sampai empat jari. Ini berarti setidaknya seseorang peduli dengan kebersihan dan merekomendasikannya kepada orang-orang.
"Karena anak-anak di Yunani dibungkus dengan kain lampin, mereka tidak dapat menunjukkan apa yang mereka inginkan. Jadi sulit untuk mengatakan apakah mereka lapar, atau haus, atau ingin buang air," papar Garland.
Botol susu bayi di era Yunani terbuat dari terakota dan memiliki lubang di bagian atas untuk mengisi susu. Sebuah nosel disediakan di samping untuk minum.
Soranos telah menyarankan agar botol-botol itu dilengkapi dengan dot tiruan, sebaiknya terbuat dari kulit atau kain untuk memberikan rasa minum dari puting asli. Dapat dengan mudah diasumsikan bahwa banyak botol akan dilempar ke tanah oleh bayi karena marah dan akan pecah.
Baca Juga: Perbedaan Cara Kendalikan Ledakan Penduduk di Era Yunani dan Romawi
Source | : | Wondrium Daily |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR