Nationalgeographic.co.id - 24 November 2022 mendatang, film "Tegar: akan tayang di bioskop. Filmnya mengisahkan perjuangan Tegar (diperankan oleh Muhammad Alfi Tegarajasa) untuk bisa hidup mandiri, merasakan kebebasan dunia luar, bersekolah, dan memiliki banyak teman.
Film "Tegar" tidak hanya sekadar menjadi tontonan, tetapi juga berisi pesan dan menjadi gerakan mengampanyekan lingkungan masyarakat yang lebih inklusif untuk difabel.
"Kisah ini sebetulnya sederhana, tentang anak yang punya mimpi sederhana. Dia ingin sekolah, punya teman," kata Anggi Frisca, sutradara film "Tegar", dalam konferensi pers dan gala premier 18 November 2022 di Epicentrum XXI. Film ini adalah karya keduanya.
Deddy Mizwar, salah satu aktor senior yang berperan sebagai Kakek di film ini mengatakan, "Tegar" hadir sebagai film yang membawakan pesan cinta. Dia menyinggung, saat ini film-film di bioskop dipenuhi dengan kekerasan, sehingga perlunya ada film yang memberi yang ramah ditonton dan membawa pesan cinta dan perdamaian.
Anggi menjelaskan, film ini diproses selama dua tahun. Tegar sendiri merupakan anak difabel yang tidak memiliki tangan dan berjalan dengan satu kaki berusia 10 tahun. Agar bisa beradu akting, Tegar menjalani pelatihan selama setahun. "Ternyata tidak sulit [untuk mengarahkan akting Tegar]," tutur Anggi. Soalnya, Tegar punya cita-cita untuk menjadi youtuber.
Baca Juga: Film 'Tegar' Menyerukan Kehidupan Masyarakat Indonesia yang Inklusif
Baca Juga: Kisah Haru Persahabatan Dua Difabel Muslim dan Kristen dari Damaskus
Baca Juga: Kita Membutuhkan Statistik Demi Kesetaraan Lapangan Kerja Bagi Difabel
Baca Juga: Warisan Kolonialisme Membuat Warga Lebih Rentan terhadap Bencana Alam
Dia bercerita ketika menawarkan Tegar untuk menjadi aktor film anak-anak ini, Tegar tidak tahu jenis profesi apa itu. Saat ia menjelaskan, Tegar langsung memahami dengan baik dan langsung berlatih.
"Yang susah itu [saat akting] sedih," kata Tegar. Agar mematangkan emosi, Deddy Mizwar di lokasi syuting kerap melatihnya lagi, dan membangun interaksi antartokoh.
"Di balik prosesnya sendiri, film ini kami develop selama dua tahun. Di sinilah kami coba berusaha mewujudkan film Tegar," terang Anggi.
Demi mewujudkan masyarakat inklusif, film buatan rumah produksi Aksa Bumi Langit ini melibatkan kalangan difabel pula. Beberapa di antaranya adalah aktor pendukung Anton J.C., Dzoel sebagai kru still-photography, Wawa Gunawan kru artistik, Ibe Ibrahim sebagai kru BTS (behind the scene), dan Yuktiasih Proborini sebagai konsultan untuk pengembangan naskah.
Film "Tegar" bertujuan untuk mengubah pandangan masyarakat tentang difabel. Selama ini, difabel dianggap sebagai kalangan yang tidak memiliki kemampuan, dan harus dikasihani. Padahal, yang mereka inginkan adalah untuk bisa hidup dan memiliki hak setara di lingkungan masyarakat.
"Mereka tidak ingin dikasihani, tetapi ingin setara, diperlakukan setara dengan kita," kata Deddy Mizwar.
Sebelum ditayangkan di bioskop, agar pesan film "Tegar" tersampaikan kepada anak-anak, kegiatan menonton bersama dilakukan di sekolah dari 10 kota. Para sukarelawan yang membantu distribusi film ini disebut sebagai "Teman Tegar" untuk menularkan semangat inklusivitas, dengan kampanye "Leave no one behind".
Baca Juga: Film 'Tegar' Menyerukan Kehidupan Masyarakat Indonesia yang Inklusif
Baca Juga: Kita Membutuhkan Statistik Demi Kesetaraan Lapangan Kerja Bagi Difabel
Baca Juga: Geliat Juang Boyolali, Perbaiki Alam hingga Berdayakan Kaum Difabel
Lewat kampanye ini, harapannya menjadi gerakan gotong royong dan dobrakkan untuk menyuarakan kalangan difabel. "Tegar" menjadi gerakan, sebuah visi, dan laboratorium mimpi bagi kalangan yang terlibat dan berusaha mewujudkan ruang untuk masyarakat inklusif di Indonesia, ungkap Aksa Bumi Langit dalam rilisnya.
"Anak-anak saya, kalian tidak pernah ditinggalkan oleh negara. Negara telah memiliki Undang-Undang nomor 8 tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas," kata Kepala Staf Kepresidenan Indonesia Moeldoko. "Ada tujuh Peraturan Pemerintah, ada dua Perpres (Peraturan Presiden), ada tiga Peraturan Menteri yang berkaitan disabilitas. Jadi, kalian tidak akan pernah ditinggalkan oleh negara."
Moeldoko yang hadir saat itu juga menjadi pembina kelompok difabel. "Apa yang mudah bagi orang lain, belum tentu mudah bagi saya. Ini sungguh pelajaran yang sungguh luar biasa," katanya mengutip kalimat Imam (diperankan Muhammad Adhiyat Abdulkadir).
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR