Selain itu, asosiasi tersebut semakin kuat seiring dengan bertambahnya usia dan pertumbuhan pohon. Penurunan tingkat kematian yang terkait dengan pohon yang ditanam 11-15 tahun sebelumnya (30%) adalah dua kali lipat dibandingkan dengan pohon yang ditanam dalam 1-5 tahun sebelumnya (15%).
Ini berarti bahwa pohon yang lebih tua dikaitkan dengan penurunan kematian yang lebih besar, dan melestarikan pohon dewasa yang ada mungkin sangat penting untuk kesehatan masyarakat.
Baca Juga: Tanam Pohon Bantu Perangi Perubahan Iklim, Tetapi Butuh Miliaran Bibit
Baca Juga: Saya Pilih Bumi: Menanam Pohon Untuk Melestarikan Alam Indonesia
Baca Juga: Etiopia Pecahkan Rekor dengan Menanam 350 Juta Pohon dalam Sehari
Studi ini tidak memberikan wawasan langsung tentang bagaimana pohon meningkatkan kesehatan. Namun, temuan bahwa pohon besar memiliki dampak kesehatan yang lebih besar daripada yang lebih kecil.
Itu karena pohon yang lebih besar lebih baik dalam menyerap polusi udara, memoderasi suhu, dan mengurangi kebisingan (tiga faktor yang terkait dengan peningkatan kematian).
"Kami mengamati efeknya baik di lingkungan yang hijau maupun yang kurang hijau, yang menunjukkan bahwa penanaman pohon di jalan menguntungkan keduanya," kata Geoffrey H. Donovan, dari Dinas Kehutanan USDA dan penulis pertama studi tersebut.
Analisis memperhitungkan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi kematian, seperti pendapatan, pendidikan dan komposisi ras lingkungan.
Akhirnya, menurut perkiraan penulis, manfaat penanaman pohon jauh lebih besar daripada biayanya. Biaya tahunan penanaman dan pemeliharaan satu pohon perkotaan di masing-masing dari 140 area sensus Portland akan berkisar antara 3.000 dan 13.000 USD, sementara itu akan menghasilkan sekitar 14,2 juta USD setiap tahun dalam kehidupan yang diselamatkan.
"Hasil kami memberikan basis bukti penting untuk intervensi nyata (misalnya menanam pohon) untuk meningkatkan umur panjang penduduk perkotaan," Dadvand menyimpulkan.
Source | : | Barcelona Institute for Global Health,Environment International |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR