Nationalgeographic.co.id—Pada 2017, setelah menyelesaikan pendakiannya ke Gunung Everest untuk ketiga kalinya, Cory Richards mengatakan, “Everest dalam banyak hal masih merupakan kanvas kosong. Masih setinggi, sedingin, dan setangguh seperti sebelumnya."
"Bagaimana seseorang memilih untuk mendakinya merupakan cerminan kreativitas sekaligus keterampilan. Selalu ada cara baru untuk mendekati sesuatu, begitu juga dengan Everest,” ujar Richards yang merupakan pendaki Pegunungan Alpen sekaligus fotografer National Geographic.
Manusia setidaknya telah mencapai puncak Gunung Everest sejak tahun 1953. Sejak saat itu semakin banyak pendakian atau ekspedisi yang dilakukan untuk mencapai puncak gunung tertinggi di dunia tersebut.
Saat ini, ratusan pendaki gunung telah berhasil melakukannya setiap tahun berkat peningkatan pengetahuan, teknologi, dan infrastruktur signifikan yang disediakan oleh ekspedisi yang dipandu secara komersial. Para penyedia ekspedisi menyediakan kesempatan dan kemudahan bagi mereka yang bersedia menerima risiko dan harga yang mahal.
Jika Anda tertarik untuk mendaki Gunung Everest, Anda perlu tahu dulu profil gunung tersebut, kondisi jalur pendakiannya, dan hal-hal lainnya yang bakal berguna bagi perjalanan Anda. Berikut ini ada serba-serbi soal gunung tertinggi sejagad itu seperti yang pernah ditulis oleh Freddie Wilkinson untuk National Geographic.
Di mana Everest dan berapa umurnya?
Gunung Everest dikenal dalam bahasa Nepal sebagai Sagarmatha dan dalam bahasa Tibet sebagai Chomolungma. Gunung ini melintasi perbatasan antara Nepal dan Tibet di puncak rangkaian pegunungan Himalaya. Meskipun mencapai puncak dunia adalah pekerjaan yang sulit dan berpotensi mematikan karena ketinggian yang ekstrem, longsoran salju, hujan es, dan bahaya lainnya, gunung ini terletak cukup dekat dengan garis khatulistiwa, pada garis lintang sekitar 28 derajat.
Para ilmuwan bumi memperkirakan bahwa Everest berusia 50 hingga 60 juta tahun, masih muda menurut standar geologis. Gunung itu terbentuk oleh gaya ke atas yang dihasilkan saat lempeng tektonik India dan Eurasia bertabrakan, sehingga mendorong bebatuan yang membentuk gunung tertinggi di bumi. Kekuatan itu masih bekerja hingga hari ini, mendorong puncak Everest sekitar nyaris satu sentimeter lebih tinggi setiap tahunnya.
Apa bahaya mendaki Everest?
Pada ketinggian 8.849 meter, puncak Everest memiliki sekitar sepertiga tekanan udara yang ada di permukaan laut, yang secara signifikan mengurangi kemampuan pendaki untuk menghirup cukup oksigen. Karena itu, para ilmuwan telah menentukan bahwa tubuh manusia tidak mampu bertahan tanpa batas waktu di atas 5.791 meter.
Baca Juga: Kuasa Everest: Puncak Yang Menyimpan Cerita Manusia dan Takdir Semesta
Baca Juga: Dusun Tertua Alpen Simpan Sejarah yang Mengejutkan Penduduk Setempat
Source | : | National Geographic |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR