Dari eDNA, para ilmuwan dapat membangun gambaran ekosistem kuno, dapat mengungkapkan adanya hutan boreal terbuka dengan vegetasi campuran pohon poplar, birch dan thuja, serta berbagai semak dan tumbuhan Arktik dan boreal.
Catatan eDNA juga mengonfirmasi keberadaan kelinci, dan DNA mitokondria dari situs tersebut menunjukkan keberadaan hewan lain termasuk mastodon, rusa kutub, tikus dan angsa.
“EDNA yang kami kumpulkan jauh lebih tua daripada DNA yang diurutkan sebelumnya,” kata Alan Hidy, seorang peneliti di Lawrence Livermore National Laboratory.
“Hasil kami mendeteksi lima kali lebih banyak varietas tanaman dibandingkan penelitian sebelumnya menggunakan sekuens shotgun dari sedimen purba, yang berada dalam kisaran catatan metabarcoding boreal utara terkaya.”
Baca Juga: Menumbuhkan Kembali Hutan Hujan Bantu Batasi Perubahan Iklim
Baca Juga: Bentuk Hutan Tertua di Dunia Ternyata Tidak Serupa Hutan Hari Ini
Baca Juga: Gambut Nirkabut: Cerita Warga Riau Menyembuhkan Luka Kebakaran Hutan
Baca Juga: Indonesia, Brasil, dan Kongo Sepakati Kerja Sama Hentikan Deforestasi
EDNA purba juga ditemukan dari organisme laut dan menunjukkan keberadaan populasi kepiting tapal kuda Atlantik (Limulus polyphemus).
Para penulis mengusulkan bahwa ini bisa berarti bahwa ada kondisi air permukaan yang lebih hangat di Pleistosen Awal di Kap København, yang konsisten dengan perkiraan sebelumnya.
Temuan menunjukkan potensi untuk menggunakan DNA lingkungan purba untuk melacak evolusi komunitas biologis dua juta tahun lalu.
“Ekosistem Kap København, yang tidak memiliki padanan saat ini, ada pada suhu yang jauh lebih tinggi daripada yang kita miliki saat ini," kata Mikkel Pedersen, seorang peneliti di Lundbeck Foundation GeoGenetics Center.
"Dan karena, di permukaan, iklim tampaknya mirip dengan iklim yang kita perkirakan di planet kita pada tahun-tahun mendatang, masa depan akibat pemanasan global."
Source | : | Nature,Sci-News |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR