Mereka menemukan bahwa, secara umum, komunikasi kolaboratif diasosiasikan dengan berkurangnya stres orang tua. Namun, efek perlindungan dari komunikasi kolaboratif menurun saat anak-anak berperilaku seperti berdebat, merengek, atau mengamuk.
Baik kontrol komunikasi dan komunikasi periklanan dikaitkan dengan lebih banyak inisiasi pembelian dan perilaku pemaksaan anak-anak, para peneliti menemukan, menunjukkan bahwa kurang terlibat dalam gaya komunikasi tersebut dapat bermanfaat.
Namun, ketika anak-anak memiliki tingkat paparan televisi yang lebih tinggi, efek perlindungan dari komunikasi iklan yang lebih sedikit berkurang.
“Secara keseluruhan, kami menemukan bahwa komunikasi kolaboratif antara orang tua dan anak merupakan strategi yang lebih baik untuk mengurangi stres pada orang tua," kata mereka.
Namun, strategi komunikatif ini menunjukkan hasil yang semakin berkurang ketika anak meminta lebih banyak produk atau terlibat lebih banyak konflik konsumen dengan orang tua.
Studi ini didasarkan pada data survei dari 433 orang tua anak usia 2 hingga 12 tahun. Para peneliti berfokus pada anak-anak yang lebih muda karena mereka memiliki daya beli yang kurang mandiri.
"Mereka menghabiskan lebih banyak waktu berbelanja dengan orang tua mereka daripada anak-anak yang lebih tua," kata Lapierre.
Selain menjawab pertanyaan tentang gaya komunikasi mereka, para orang tua dalam penelitian ini juga menjawab pertanyaan seperti, berapa banyak televisi yang ditonton anak mereka dalam sehari.
Baca Juga: Studi Baru: Nonton TV Satu Jam Sehari Kurangi Risiko Penyakit Jantung?
Baca Juga: Penemuan Unik: Kelak Layar TV Bisa Dijilat untuk Cicipi Rasa Makanan
Baca Juga: Di Balik Layar Siaran Televisi Pertama untuk Debat Presiden AS
Kemudian, seberapa sering anak mereka meminta atau meminta produk selama berbelanja, atau menyentuh produk tanpa bertanya; seberapa sering anak mereka melakukan perilaku pemaksaan tertentu selama perjalanan belanja dan tingkat stres orang tua.
Iklan yang ditujukan untuk anak-anak, seringkali sangat persuasif dengan menampilkan banyak warna cerah, musik ceria dan karakter mencolok. Secara perkembangan, anak-anak tidak sepenuhnya mampu memahami maksud iklan, kata Lapierre.
"Iklan untuk anak-anak dibuat untuk membuat mereka merasa bersemangat. Mereka melakukan banyak hal dalam iklan anak-anak untuk mendongkrak emosi anak," kata Lapierre.
"Anak-anak tidak memiliki sumber daya kognitif dan emosional untuk menarik diri, dan itulah mengapa ini menjadi masalah khusus bagi mereka."
Source | : | International Journal of Advertising,University of Arizona |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR