Nationalgeographic.co.id—Anjing Peking memiliki sejarah panjang dan termasyhur di Tiongkok. Tidak ada yang tahu persis kapan orang Tiongkok pertama kali membiakkan anjing ras ini. Namun, sahabat setia manusia ini dikaitkan dengan kaisar Tiongkok setidaknya sejak tahun 700-an Masehi. Di zaman kekaisaran, anjing Peking menjadi hewan kesayangan para kaisar Tiongkok.
Legenda anjing Peking
Menurut legenda, dahulu kala seekor singa jatuh cinta pada seekor marmoset. Perbedaan dalam ukuran dan jenis membuat hubungan kedua hewan ini tidak mungkin berhasil.
Jadi singa yang sakit hati meminta Ah Chu, dewa pelindung hewan, untuk membuat dirinya menjadi seukuran marmoset. “Tujuannya agar kedua hewan itu bisa menikah,” tulis Kallie Szczepanski di laman ThoughtCo. Dari persatuan ini, anjing Peking (Fu Lin - Lion Dog) lahir.
Legenda tersebut mencerminkan keberanian dan temperamen galak dari anjing Peking yang mungil. Fakta bahwa ada legenda tentang asal-usul anjing Peking menunjukkan bahwa anjing ras ini sudah ada sejak ribuan tahun lalu.
Faktanya, studi DNA mengungkapkan bahwa anjing Peking adalah yang paling dekat, secara genetik, dengan serigala. Meskipun secara fisik mereka tidak menyerupai serigala, Peking adalah salah satu ras anjing yang paling sedikit berubah pada tingkat DNA-nya. Ini mendukung gagasan bahwa mereka sebenarnya adalah ras yang sangat kuno.
“Anjing Singa” dari Istana Han
Teori yang lebih realistis tentang asal-usul anjing Peking adalah bahwa mereka dibesarkan di istana kekaisaran Tiongkok. Anjing ini mungkin berada di istana sejak periode Dinasti Han (206 SM - 220 Masehi).
Stanley Coren menganjurkan tahun awal ini dalam The Pawprints of History: Dogs and the Course of Human Events. Ia mengaitkan perkembangan anjing Peking dengan pengenalan Buddha ke Tiongkok.
Singa Asia yang sebenarnya pernah berkeliaran di beberapa bagian Tiongkok ribuan tahun yang lalu. Singa termasuk dalam banyak mitos dan cerita Buddhis karena hewan ini juga hidup di India.
Orang Tiongkok yang belum pernah melihat singa secara langsung, memiliki gayanya sendiri dalam menggambarkan seekor singa. Pada akhirnya, konsep Tiongkok tentang singa lebih menyerupai anjing alih-alih hewan buas yang menakutkan. Mastiff Tibet, Lhasa Apso, dan Peking, semuanya dibiakkan agar menyerupai singa yang mereka bayangkan.
Menurut Coren, kaisar Tiongkok di era Dinasti Han ingin meniru pengalaman sang Buddha dalam menjinakkan singa liar. Saat itu, singa melambangkan nafsu dan agresi. Singa jinak Buddha akan mengikuti di belakangnya seperti anjing yang setia.
Source | : | thought.co |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR