Nationalgeographic.co.id—Studi baru dari peneliti McMaster University menemukan bahwa paparan terus-menerus pewarna makanan Allura Red (pewarna merah) dapat mengganggu dan membahayakan kesehatan Usus. Allura Red (juga disebut FD&C Red 40 dan Food Red 17), adalah bahan umum dalam permen, minuman ringan, produk susu, dan beberapa sereal.
Temuan tersebut telah diterbitkan dalam makalah di jurnal bergengsi Nature Communication dengan judul "Chronic exposure to synthetic food colorant Allura Red AC promotes susceptibility to experimental colitis via intestinal serotonin in mice."
"Konsumsi pewarna makanan Allura Red dalam jangka panjang dapat menjadi pemicu potensial inflammatory bowel diseases (IBD) atau penyakit radang usus, penyakit Crohn, dan kolitis ulserativa," kata Waliul Khan dari McMaster University.
Para peneliti yang menggunakan model hewan percobaan IBD menemukan bahwa paparan terus-menerus terhadap AC Allura Red membahayakan kesehatan usus dan meningkatkan peradangan.
Pewarna secara langsung mengganggu fungsi penghalang usus dan meningkatkan produksi serotonin, hormon / neurotransmitter yang ditemukan di usus, yang kemudian mengubah komposisi mikrobiota usus yang menyebabkan peningkatan kerentanan terhadap kolitis.
Khan mengatakan Allura Red (juga disebut FD&C Red 40 dan Food Red 17), merupakan bahan umum dalam permen, minuman ringan, produk susu, dan beberapa sereal. Pewarna digunakan untuk menambah warna dan tekstur pada bahan makanan, seringkali untuk menarik perhatian anak-anak.
Penggunaan pewarna makanan sintetis seperti Allura Red telah meningkat secara signifikan selama beberapa dekade terakhir, namun hanya ada sedikit penelitian sebelumnya tentang efek pewarna ini terhadap kesehatan usus.
"Studi ini menunjukkan efek berbahaya yang signifikan dari Allura Red pada kesehatan usus dan mengidentifikasi serotonin usus sebagai faktor penting yang memediasi efek ini. Temuan ini memiliki implikasi penting dalam pencegahan dan pengelolaan peradangan usus," kata Khan, penulis senior studi tersebut.
Khan juga merupakan seorang profesor dari Departemen Patologi dan Kedokteran Molekuler dan peneliti utama dari Institut Penelitian Kesehatan Pencernaan Keluarga Farncombe.
"Apa yang kami temukan sangat mencolok dan mengkhawatirkan, karena pewarna makanan sintetis yang umum ini merupakan pemicu diet yang mungkin untuk IBD. Penelitian ini merupakan kemajuan yang signifikan dalam mengingatkan masyarakat tentang potensi bahaya pewarna makanan yang kita konsumsi setiap hari," katanya.
Literatur menunjukkan bahwa konsumsi Allura Red juga mempengaruhi alergi tertentu, gangguan kekebalan tubuh dan masalah perilaku pada anak-anak, seperti gangguan hiperaktif defisit perhatian.
Source | : | Nature Communications,McMaster University Press |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR