Khan mengatakan bahwa IBD adalah kondisi peradangan kronis serius pada usus manusia yang memengaruhi jutaan orang di seluruh dunia. Sementara penyebab pastinya masih belum sepenuhnya dipahami.
Penelitian telah menunjukkan bahwa respon imun yang tidak teratur, faktor genetik, ketidakseimbangan mikrobiota usus, dan faktor lingkungan dapat memicu kondisi tersebut.
Baca Juga: Konsumsi 30 Gram Almond Setiap Hari Dapat Menurunkan Berat Badan
Baca Juga: Buah Mundu: Saudara Manggis yang Tidak Banyak Dikenal Manfaatnya
Baca Juga: Dampak Perubahan Iklim, Memburuknya Pasokan Pangan, Rasa dan Racun
Dalam beberapa tahun terakhir telah ada kemajuan yang signifikan dalam mengidentifikasi gen kerentanan dan memahami peran sistem kekebalan dan mikrobiota inang dalam patogenesis IBD. Namun, kemajuan serupa dalam menentukan faktor risiko lingkungan telah tertinggal, katanya.
Khan mengatakan bahwa pemicu lingkungan untuk IBD termasuk pola makan khas Barat, yang meliputi lemak olahan, daging merah dan olahan, gula, dan kekurangan serat. Dia menambahkan bahwa makanan Barat dan makanan olahan juga mengandung berbagai aditif dan pewarna dalam jumlah besar.
Dia menambahkan bahwa penelitian tersebut menunjukkan hubungan antara pewarna makanan yang umum digunakan dan IBD dan memerlukan eksplorasi lebih lanjut antara pewarna makanan dan IBD pada tingkat eksperimental, epidemiologis, dan klinis.
Source | : | Nature Communications,McMaster University Press |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR