Nationalgeographic.co.id—Selama ratusan tahun, bangsa Mesir kuno menciptakan kekuatan militer yang ganas di dunia kuno. Kekuatan itu membuat bangsa itu mampu menghalau musuh dan memperluas wilayahnya. Ironisnya, kekuatan militer juga yang membawa Mesir kuno jatuh ke dalam kehancuran. Bagaimana bangsa Mesir kuno bisa memiliki kekuatan militer dengan pasukan paling ganas di dunia kuno?
Pasukan yang terorganisasi dengan baik
Pasukan Mesir kuno selalu terorganisir dengan cukup baik. Seperti setiap aspek lain dari militer Mesir, organisasi ini berkembang pesat dari waktu ke waktu.
Infanteri terdiri dari tentara wajib militer dan sukarelawan selama Kerajaan Baru. Apakah wajib militer atau sukarela, mereka bekerja untuk mendapatkan bayaran. “Semakin tinggi peringkatnya, semakin besar bayarannya,” tulis Robbie Mitchell di laman Ancient Origins.
Infanteri juga terdiri dari 'tentara bayaran' asing. Biasanya mereka adalah tahanan perang yang memilih untuk bertugas sebagai tentara alih-alih sebagai budak.
Infanteri terdiri dari resimen berbeda yang dikenali dari senjata yang mereka gunakan. Mereka terdiri dari pemanah jarak jauh, tombak dan tombak jarak menengah, dan pasukan jarak dekat.
Kereta
Cabang militer kedua adalah kereta. Di zaman modern, ini mungkin sama dengan divisi lapis baja. Kereta adalah platform senjata yang ditarik kuda dan terus bergerak.
Kereta itu ringan tapi sarat dengan senjata. Tempat anak panah dan lembing dipasang di samping bersama dengan khopesh dan kapak perang. Kereta bisa mempertahankan diri dalam jarak dekat sambil memusnahkan musuh dalam jarak jauh.
Satu kereta saja sudah cukup menakutkan, namun orang Mesir menggunakan formasi hingga 100 kereta sekaligus. Ini akan memotong sayap musuh seperti pisau panas menembus mentega.
Kuda dan kusir sering dilengkapi dengan baju besi bersisik, membuat mereka sangat sulit untuk dihancurkan. Baju besi itu juga membuat mereka tampak menakutkan. Beberapa sumber menggambarkan baju besi itu membuat pasukan kereta tampak seperti manusia kadal.
Source | : | Ancient Origins |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR