Seiring bertambahnya utang, Kekaisaran Ottoman mendapatkan pinjaman baru dengan persyaratan yang baik menjadi lebih sulit.
Bank Sentral dikendalikan pihak asing
Pada tahun 1856, Sultan Abdulmejid menyerukan agar bank modern didirikan di Kekaisaran Ottoman. Ia berharap pembentukan lembaga-lembaga tersebut akan meningkatkan sistem keuangan kekaisaran dan mendorong pembangunan ekonomi.
Seruan sultan diperhatikan oleh para bankir Eropa yang melihat peluang. “Mereka pun berbondong-bondong ke Konstantinopel,” kata Luursema.
Otoritas Ottoman memberi izin kepada sekelompok pelamar Inggris dan Prancis untuk mendirikan bank yang akan beroperasi dengan nama The Imperial Ottoman Bank. Negosiasi antara otoritas Ottoman dan pemangku kepentingan Eropa tentang tata kelola bank mengakibatkan Eropa mendapat pengaruh besar.
Sesuai ketentuan yang disepakati, posisi general manager harus diduduki oleh orang Eropa. Manajer melapor ke dua komite. Satu komite berbasis di London dan bertanggung jawab kepada pemegang saham Inggris. Yang lainnya berbasis di Paris dan bertanggung jawab kepada pemegang saham Prancis. Keputusan yang dibuat oleh satu komite menjadi efektif setelah diratifikasi oleh komite lainnya.
Otoritas Ottoman setuju untuk memiliki pengaruh terbatas atas tata kelola bank. Pasalnya, kekaisaran mengira akan mendapatkan banyak manfaat kelak. Misalnya, Ottoman dapat meminjam dari bank sentral pada saat banyak kreditur mulai meragukan kelayakan kredit kekaisaran.
Bank Kekaisaran Ottoman berfungsi sebagai bank sentral kekaisaran. Itu akan melaksanakan semua operasi keuangan Perbendaharaan Ottoman di Konstantinopel. Ini juga menjadi agen keuangan pemerintah baik di dalam maupun luar negeri. Otoritas Ottoman juga memberikan hak eksklusif kepada lembaga tersebut untuk menerbitkan uang kertas.
Kekaisaran Ottoman menyerahkan otoritas atas masalah ekonomi kepada orang asing dengan imbalan layanan keuangan dan akses ke dana.
Perekonomian tidak membaik, kekaisaran kian terpuruk
Banyak pinjaman yang diambil otoritas Ottoman sejak 1854 diperoleh dengan syarat yang sulit. Bunga pinjaman dalam dan luar negeri seringkali di atas 6 persen. Beberapa pinjaman bahkan memiliki tingkat bunga melebihi 10 persen.
Dalam banyak kesempatan, pemerintah Ottoman tidak mampu membayar kembali pinjaman tepat waktu. Penundaan ini memperkuat desas-desus tentang kebangkrutan, menyebabkan obligasi Ottoman hampir tidak dapat dijual.
Source | : | The Collector |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR