Nationalgeographic.co.id—Berada dalam posisi ekonomi yang genting, peristiwa di paruh kedua abad ke-19 memperburuk kesehatan fiskal Kekaisaran Ottoman. Sistem pajak yang tidak efektif, pejabat yang korup dan pencatatan yang salah menyebabkan defisit anggaran. Selain itu, kebijakan moneter yang buruk mengakibatkan inflasi menjadi masalah utama. Seakan masih belum cukup, Perang Krimea juga membuat perekonomian kekaisaran makin terpuruk. Untuk pertama kalinya, Kekaisaran Ottoman (Kesultanan Utsmaniyah) meminjam uang dalam jumlah besar dari kekuatan asing. Bak gali lubang, tutup lubang, jeratan utang asing membuat kekaisaran tidak berdaya.
Perang Krimea dan Kekaisaran Ottoman
Pada Juli 1853, pasukan Rusia Tsar Nicholas I memasuki wilayah Kekaisaran Ottoman di wilayah yang sekarang disebut Rumania. Sultan Abdulmejid menunda pernyataan perang karena dia ingin mendapatkan bantuan asing sebelum mengerahkan pasukannya untuk berperang.
Sultan akan mendapatkan dukungan dari kerajaan Inggris dan Prancis. “Keduanya menganggap ekspansi Rusia sebagai ancaman bagi kepentingan mereka di Mediterania,” tulis IIias Luursema.
Dengan bantuan militer dari kekuatan besar, Ottoman menghentikan kemajuan Rusia. Pada tahun 1854, pasukan sekutu berhasil membalikkan keadaan dan mendorong pasukan ke wilayah Rusia.
Pemerintah Ottoman selalu ragu untuk mengambil pinjaman luar negeri. Namun, selama permusuhan tahun 1854, kebutuhan akan dana sangat tinggi. Ini membuat kekaisaran mengalah dan mengadakan perjanjian pinjaman dengan sekutu Eropanya.
Tidak dapat menahan kekuatan militer gabungan dari tiga kerajaan, Rusia akhirnya menuntut perdamaian pada tahun 1856.
Gali lubang, tutup lubang: Kekaisaran Ottoman makin terjerat utang
Antara tahun 1854 dan 1874, Kesultanan Utsmaniyah melakukan 15 perjanjian pinjaman dengan kekuatan asing. Pinjaman tersebut diambil dengan tujuan merestrukturisasi birokrasi disfungsional kekaisaran, memusatkan pendapatan dan pengeluaran, dan memodernisasi tentara.
Sayangnya, perencanaan yang buruk dan salah urus membuat sebagian besar utang tidak menghasilkan peningkatan pendapatan negara.
Kekaisaran juga menghabiskan sebagian dari uang pinjaman untuk membayar kembali pinjaman yang dibuatnya dengan keluarga pedagang yang dikenal sebagai bankir Galata. Keluarga-keluarga ini, kebanyakan tinggal di distrik Galata di Konstantinopel, meminjamkan uang kepada pemerintah Ottoman selama berabad-abad.
Selain memasuki perjanjian pinjaman luar negeri, pemerintah Ottoman terus meminjam di dalam negeri dari para bankir Galata. Pinjaman sering kali dibayar kembali menggunakan pinjaman baru, dan selama bertahun-tahun, hutang kekaisaran terus bertambah.
Masa Depan Pengolahan Sampah Elektronik Ada di Tangan Negara-negara Terbelakang?
Source | : | The Collector |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR