Nationalgeographic.co.id—2023 menjadi tahun istimewa bagi dunia astronomi Indonesia. Sebab, pada tahun ini Observatorium Bosscha Institut Teknologi Bandung (ITB) mencatatkan usianya yang telah mencapai 100 tahun.
Dalam hal apa pun, untuk tetap bisa bertahan hingga satu abad bukahlah hal mudah. Perjalanan panjang yang penuh perjuangan telah ditempuh oleh para pendiri Observatorium Bosscha hingga kita bisa menikmati observatorium itu hingga kini.
Rangkuman perjalanan ini diilustrasikan melalui desain keping prangko 100 Tahun Observatorium Bosscha karya Triyadi Guntur Wiratmo. Dia adalah dosen Desain Komunikasi Visual Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Teknologi Bandung (FSRD ITB).
Triyadi Guntur Wiratmo, atau akrab disapa Guntur, juga merupakan seniman profesional yang sering berkarya di pameran skala nasional dan internasional. Kiprahnya dalam mendesain prangko juga sudah terbukti selama bertahun-tahun.
Sebagai contoh, pada tahun 2016 Guntur menghasilkan karya prangko gerhana. Kali ini Guntur mencoba kembali mengeksiskan prangko yang saat ini sudah jarang digunakan sebagai penanda peristiwa penting atau sejarah.
Guntur merasa terharu dan bangga ketika diminta secara langsung oleh Kepala Observatorium Bossc Premana Premadi untuk mendesain prangko sebagai peringatan 100 Tahun Observatorium Bosscha. Pengerjaannya memakan waktu yang tergolong singkat yakni 4 bulan.
Meski singkat, Guntur mampu menghasilkan desain yang indah dan sangat bermakna. Tokoh penting dan tamu undangan yang menghadiri pun dimanjakan dengan desain prangko karya Guntur sebagai buah tangan dari acara Perayaan 100 Tahun Observatorium Bosscha.
Guntur memaknai perayaan 100 tahun Observatorium Bosscha ke dalam tiga keping prangko. Keping prangko pertama bercerita tentang sejarah yang digambarkan oleh sosok Bosscha sebagai pendiri dan penyandang dana utama dari bangunan observatorium tersebut serta ada ilustrasi awal konstruksi kubah dari Observatorium Bosscha.
Baca Juga: Keluarga Kerkhoven dan Bosscha, Dinasti Teh Belanda di Priangan
Baca Juga: Ingin Mengoleksi Prangko "Tintin di Kemayoran" dan "Tintin di Pulau Komodo"?
Baca Juga: Menyingkap Kitab Astronomi Abd-al Rahman al-Sufi dari Abad ke-10
Dalam pembuatan keping pertama ini, Guntur menemui kesulitan dalam menggambar sosok Bosscha karena dirinya hanya berbekal dokumentasi lama dari Bosscha.
Source | : | Institut Teknologi Bandung |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR