Estimasi yang lebih rendah ini kemungkinan dihasilkan dari fokus studi yang diperluas di luar wilayah dengan kehilangan lahan basah yang tinggi secara historis. Jadi estimasi dalam studi baru ini menghindari ekstrapolasi yang besar dan mungkin menyesatkan.
Namun, tim peneliti memperkirakan bahwa setidaknya 3,4 juta kilometer persegi lahan basah telah hilang secara global selama 300 tahun terakhir. Area ini setara dengan luas India. Lima negara dengan kehilangan lahan basah tertinggi, Amerika Serikat, Tiongkok, India, Rusia, dan Indonesia, menyumbang lebih dari 40% kehilangan global.
Baca Juga: Area Lahan Basah Dunia Musnah Tiga Kali Lebih Cepat Dibanding Hutan
Baca Juga: Tanaman Lahan Basah: Akankah Jadi Harapan Saat Naiknya Permukaan Laut?
Baca Juga: Sukses Kurangi Emisi dari Degradasi Lahan, Kaltim Raup Rp328 Miliar
“Banyak wilayah di dunia mengalami kehilangan lahan basah yang sangat tinggi, tetapi hasil studi kami menunjukkan bahwa kehilangan yang lebih rendah dari yang diperkirakan sebelumnya setelah digabungkan secara global," kata Etienne Fluet-Chouinard, penulis utama studi ini, seperti dikutip dari keterangan tertulis McGill University.
"Namun, tetap mendesak untuk menghentikan dan membalikkan konversi dan degradasi lahan basah, khususnya di daerah yang kehilangan banyak air."
"Disparitas geografis dalam kehilangan (lahan basah) sangat penting karena hilangnya jasa ekosistem yang disebabkan oleh drainase lahan basah di satu lokasi tidak dapat digantikan oleh keberadaan lahan basah di tempat lain," tegas Fluet-Chouinard.
Etienne Fluet-Chouinard adalah rekan postdoctoral di Departemen Ilmu Sistem Bumi Stanford Univeristy. Etienne Fluet-Chouinard ini mengerjakan studi ini untuk mendapatkan gelar masternya di Departemen Geografi McGill University.
“Lahan basah, dalam keadaan alaminya, adalah salah satu ekosistem terpenting untuk mengatur sumber daya air kita, yang bermanfaat bagi manusia dan lingkungan,” tambah rekan penulis studi Bernhard Lehner, ahli hidrologi global di McGill University.
“Menemukan bahwa lebih sedikit lahan basah yang hilang secara historis daripada yang kita perkirakan sebelumnya memberi kita kesempatan kedua untuk mengambil tindakan guna memastikan tutupan lahan basah tidak semakin menurun," ujarnya.
"Sebagai bagian dari itu, kita perlu meningkatkan kapasitas kita untuk memetakan luasan mereka di masa lalu dan saat ini dan memantau status mereka menggunakan satelit. Ini akan memungkinkan kita untuk menetapkan tujuan konservasi dan target restorasi yang berarti," tegas Lehner.
Source | : | McGill University |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR