Nationalgeographic.co.id—Siapakah Yu nan Agung? Kita tidak akan pernah mendapatkan jawaban yang pasti. Namanya pertama kali disebutkan selama Dinasti Zhou, sebuah wangsa yang berdiri ratusan tahun setelah masa hidupnya, sekitar tahun 2123 – 2025 SM. Satu-satunya elemen pengenal adalah “musi”, cangkul tradisional dan alat kuno untuk pengendalian banjir.
Sejarawan Sima Qian meyakini bahwa kakek buyut Yu adalah Huangdi, Kaisar Kuning yang termasyhur. Menurut beberapa cerita, ia lahir dari perut ayahnya sendiri, Gun. Sang ayah telah ditugaskan untuk mengendalikan banjir tetapi gagal total.
Yu bertekad untuk belajar dari kesalahan ayahnya tentang banjir. Akhirnya, untuk mengalirkan sembilan aliran ke empat lautan, Yu memperdalam kanal, lalu menghubungkannya dengan sungai. Salah satu dari banyak hal yang dia ajarkan kepada Kaisar adalah bagaimana membangun tanggul dan bendungan dari tanah liat untuk mencegah banjir di masa mendatang.
Yu nan Agung membendung banjir sebagai seekor naga
Begitu dia mendapatkan tanah ajaib, dia mencari lokasi di mana mata air menggelegak dari bumi. Kemudian, dia berubah wujud menjadi naga bersayap lalu terjun ke dalam air untuk memblokir sumber mata air dengan tanah ajaib.
Akhirnya, Yu mengakhiri banjir yang mengerikan kendati air belum sepenuhnya surut. Untuk menyelesaikan pekerjaannya, Yu meminta bantuan orang lain, baik manusia maupun dewa. Catatan lain menyatakan bahwa seekor naga membantu Yu dengan menggunakan ekornya untuk membentuk tanggul tanah.
Melalui sistem kanal, Yu membelah sungai, sehingga Sungai Kuning pun terkendali sebagai irigasi. Terkendalinya sungai memungkinkan permukiman permanen di tepi sungai Tiongkok yang subur itu. Kaisar Shun sangat terkesan dengan dedikasi dan kebajikan Yu, sehingga sang kaisar mengambil langkah populer untuk menempatkan Yu sebagai penggantinya kelak.
Pengaturan banjir oleh Yu menghasilkan infrastruktur yang lebih baik. Jalan yang lebih andal berarti pengawasan negara yang lebih besar, yang dapat menarik pajak dan sumber daya alam dengan lebih mudah.
Sebagai kaisar, Yu juga membagi tanahnya menjadi sembilan "zhou" (atau wilayah), menciptakan gambaran yang lebih konkret tentang wilayah yang berada di bawah kekuasaannya. Dari masa pemerintahan Yu, tatanan dan siklus dinasti Tiongkok secara tradisional dimulai—yang baru berhenti pada 1912.
Fakta Banjir Bandang Sungai Kuning
Bagaimana upaya Kaisar Yu menyelamatkan rakyatnya dari banjir bandang ribuan tahun yang lalu dengan bantuan naga dan sihir mungkin hanyalah sebuah cerita mitos. Namun para ahli geologi menemukan sejumlah bukti yang cerita tersebut sebagai sebuah realita.
Peneliti Ungkap Hubungan Tanaman dan Bahasa Abui yang Terancam Punah di Pulau Alor
Penulis | : | National Geographic Indonesia |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR