Nationalgeographic.co.id—Lusinan patung terakota dewa dewi dalam mitologi Yunani berusia 2.000 tahun yang ditemukan di Turki telah memberikan banyak petunjuk tentang orang-orang Myra kuno. Selain menggambarkan sosok dewa dewi Yunani, temuan patung itu juga menggambarkan orang-orang kuno.
"Seolah-olah orang-orang Myra kuno dibangkitkan dan berlari melalui terowongan waktu bersama-sama dan datang ke zaman kita," tulis para peneliti.
Orang-orang Myra kuno adalah mereka yang pernah tinggal di sebuah kota Yunani kuno di Lykia yang sekarang merupakan dikenal sebagai Provinsi Antalya Turki.
Para arkeolog telah menemukan lusinan patung terakota yang berusia lebih dari 2.000 tahun, termasuk yang menggambarkan dewa, dewi, pria, wanita, kavaleri, dan hewan.
Beberapa patung masih memiliki cat di atasnya dan beberapa memiliki prasasti, dan semuanya membuka jendela kehidupan di kota kuno Myra, di tempat yang sekarang menjadi Demre modern di Turki.
Kumpulan patung-patung ini, "memberi kita banyak petunjuk tentang apa yang ada di Myra yang misterius di bawah lapisan lumpur tebal pada abad pertama dan kedua SM," kata Nevzat Çevik.
Çevik adalah seorang profesor arkeologi di Akdeniz University di Turki yang memimpin penggalian. Myra, adalah "salah satu pemukiman kuno terpenting di Lycia, wilayah maritim penting di sepanjang Laut Mediterania," katanya.
Pelabuhan Myra pernah menjadi salah satu pelabuhan terbesar di Mediterania kuno. Itu terkenal dengan makam batu yang menonjol dari perbukitan, gereja Saint Nicholas, yang merupakan uskup Myra pada abad keempat dan teater era Romawi berkapasitas 11.000 kursi.
Çevik dan timnya sedang menggali bagian dari teater ini antara Juni dan Oktober 2020 ketika mereka menemukan teater kedua yang lebih kecil di bawah reruntuhan Romawi.
Struktur yang lebih tua berasal dari periode Helenistik, dari tahun 323 SM. ketika Alexander Agung meninggal hingga awal Kekaisaran Romawi pada 30 SM.
Mereka berharap menemukan teater Helenistik, tetapi patung-patung terakota yang tersebar di dalamnya adalah "kejutan besar yang tidak terduga," kata Çevik kepada Live Science.
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR