Nationalgeographic.co.id - Seorang raja atau kaisar biasanya memiliki ratu sebagai pendamping. Namun Li Chun atau Kaisar Xianzong sedikit berbeda dengan sebagian besar pemimpin. Kaisar Tiongkok dari era Dinasti Tang ini tidak memiliki ratu karena suatu alasan. Meski demikian, sejarah mencatatnya sebagai salah satu pemimpin hebat dari Kekaisaran Tiongkok.
Li Chun (778 — 820) atau Kaisar Xianzong mewarisi takhta, ambisi, aset, dan impian kakeknya yang belum selesai.
Warisan mengejutkan dari kakeknya yang kontroversial
Mengutip dari China Fetching, Kakek dan ayah Li Chun meninggal pada tahun yang sama. Ia pun naik takhta ketika berusia 27 tahun.
Kakek Li Chun, Kaisar Dezong dari Dinasti Tang hidup di era paling makmur dari Dinasti Tang. Ia juga menyaksikan Pemberontakan An-Shi yang merusak yang berlangsung selama delapan tahun. Pemberontakan itu juga merenggut lebih dari 35 juta nyawa dan secara dramatis menjatuhkan kekaisaran.
Seakan masalah masih belum cukup banyak, beberapa pasukan militer lokal yang tidak patuh dan setengah mandiri dibentuk. Kaisar Dezong menghabiskan hidupnya berperang melawan para panglima perang yang kuat itu tetapi gagal. Ia akhirnya menerapkan serangkaian kebijakan kontroversial yang saling bertentangan di tahun-tahun terakhirnya.
Tidak pasti apakah dia pernah memberi tahu sang cucu tentang betapa makmurnya kekaisaran dulu dan impian yang diperjuangkan.
Ketika Li Chun naik takhta menjadi Kaisar Xianzong, dia menemukan bahwa kakeknya meninggalkan banyak harta di bendahara. Juga pasukan yang besar dan terlatih yang hanya mendengarkan kaisar.
Pasukan kekaisaran itu kemudian menjadi senjata ampuh Kaisar Xianzong.
Ternyata di tahun-tahun akhir, Kaisar Dezong disalahkan karena mengumpulkan harta dalam jumlah besar. Namun berkat itu, cucunya memiliki kesempatan untuk mewujudkan impian sang kakek.
Kemenangan besar mengalahkan panglima perang pemberontak
Tahun ketika Xianzong menjadi kaisar, seorang panglima perang Dinasti Tang memulai pemberontakan. Panglima perang lainnya tetap diam. Mereka mengamati dan mencoba mencari tahu bagaimana kaisar baru akan menangani pemberontakan dan apa kebijakannya nantinya.
Source | : | Britannica,China Fetching |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR