Nationalgeographic.co.id—Seekor ikan prasejarah raksasa yang memangsa nenek moyang manusia ratusan juta tahun lalu ditemukan di Afrika Selatan. Ikan predator yang menakutkan itu kini telah punah.
Situs fosil predator raksasa itu ditemukan di bawah jalan di bagian pedesaan Afria Selatan. Laporan yang dikutip dari Nature World News mengatakan fosil itu ditemukan di pinggir jalan dekat Peternakan Waterloo, selatan Kota Makhanda.
Dalam teori evolusi, nenek moyang kita pada ratusan juta tahun lalu disebut tetrapoda. Ini adalah kelompok leluhur primitif hewan berkaki empat yang terdiri atas makhluk semiakuatik yang akan membuka jalan bagi munculnya nenek moyang manusia di sepanjang garis evolusi.
Bukti menunjukkan bahwa ikan purba raksasa memangsa tetrapoda, yang diyakini oleh beberapa ilmuwan hidup baik di air maupun di darat.
Sekarang, para peneliti di Afrika Selatan mengkonfirmasi keberadaan monster purba dengan fosil yang berasal dari 360 juta tahun lalu. Fosil itu milik spesies ikan baru yang pernah meneror perairan sungai Bumi di Gondwana jauh sebelum dinosaurus berkeliaran dan mendominasi planet ini, menurut sebuah studi baru.
Makalah studi baru soal temuan ikan raksasa prasejarah ini telah diterbitkan di jurnal PLOS ONE pada 22 Februari 2023.
Dalam makalah ini para peneliti menggambarkan spesies itu adalah ikan bertulang terbesar selama periode Devonian Akhir. Fosil spesies ini ditemukan di dekat Peternakan Waterloo dekat Makhanda, sebelumnya dikenal sebagai Grahamstown.
Spesies ikan purba bernama Hyneria udilezinye ini adalah anggota raksasa dari clade yang telah punah bernama Tristichopteridae dan menyerupai Hyneria lindae dari Formasi Famennian Catskill akhir di Pennsylvania, Amerika Serikat.
Tim peneliti mengatakan fosil yang ditemukan itu saat ini disimpan di Albany Museum.
Baca Juga: Ikan Air Tawar Terbesar di Dunia Ditemukan Nelayan di Sungai Mekong
Baca Juga: Ikan Raksasa Ini Ingatkan Kita untuk Tidak Buang Ikan Mas ke Alam Liar
Baca Juga: Ikan Mas yang Dibuang ke Danau Tumbuh Raksasa dan Jadi Malapetaka
Source | : | PLOS ONE,Nature World News,University of California Berkeley |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR