Nationalgeographic.co.id—Seorang pendeteksi logam bernama Michał Łoty di Polandia dilaporkan telah menemukan tumpukan koin kuno berusia 400 tahun secara tidak sengaja. Ia menemukan koin-koin tersebut saat mencari suku cadang traktor di sebuah peternakan.
Tumpukan koin kuno yang berasal dari abad ke-17 itu berjumlah sekitar 1.000 koin tembaga. Koin-koin tersebut ditemukan pada akhir Februari di dekat desa kecil Zaniówka di Polandia timur, dekat perbatasan dengan Belarusia dan Ukraina.
Penemu koin tersebut menggunakan detektor logam baru untuk menemukan suku cadang traktor saudara perempuannya. Jadi ketika instrumen mulai berbunyi di salah satu ladang pertanian, dia menggali lapisan tanah tersebut.
Ketika digali, itu mengungkapkan koin-koin yang tumpah dari kendi tanah liat yang pecah, sebuah kendi bergaya lokal dengan satu pegangan dan leher yang sempit.
Namun, menggunakan detektor logam untuk mencari relik yang terkubur tanpa izin adalah ilegal di Polandia, sehingga Łotys menghubungi arkeolog di kota terdekat Lublin, sekitar 150 kilometer tenggara Warsawa, yang mengunjungi pertanian tersebut keesokan harinya.
Investigasi mereka menunjukkan bahwa lokasi timbunan tersembunyi dengan jelas diuraikan di permukaan tanah, yang mengindikasikan bahwa ia sengaja dikubur di sana, menurut sebuah laporan.
Sementara itu, Dariusz Kopciowski, direktur lembaga konservasi warisan Lublin, mengumumkan dalam sebuah posting Facebook pada 2 Maret, bahwa timbunan itu memiliki sekitar 1.000 koin tembaga Polandia dan Lituania yang dicetak pada abad ke-17.
Koin-koin itu sekarang berwarna hijau karena oksidasi setelah kira-kira 400 tahun terpendam di dalam tanah. Dan lapisannya banyak yang telah terkorosi berlapis-lapis.
"Sekitar 115 koin pecah, dan seluruh timbunan beratnya sekitar 6,6 pound [3 kilogram]," kata Kopciowski.
Baca Juga: Bikin Heboh, 8.000 Koin Abad Pertengahan Ditemukan di Skotlandia
Baca Juga: Harta Karun Koin Emas Rp4,3 Miliar Ditemukan di Bawah Lantai Dapur
Masa Depan Pengolahan Sampah Elektronik Ada di Tangan Negara-negara Terbelakang?
Source | : | Live Science |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR