Alkisah, Pada tahun 1628, kapal unggulan Kongsi Dagang Hindia Timur Belanda (VOC) yang bernama Batavia berangkat dari Belanda menuju tujuannya, namun sayangnya tidak pernah sampai.
Setelah delapan bulan dalam perjalanan, pada tanggal 4 Juni 1629, kapal tersebut terdampar di Houtman Abrolhos, sebuah gugusan pulau kecil di lepas pantai Australia Barat.
Apa yang terjadi selanjutnya dapat dianggap sebagai salah satu insiden paling tragis, menjijikkan, dan menakutkan dalam sejarah maritim awal modern.
Saat kapal Batavia melakukan pelayaran perdananya. Berlayar dari Belanda menuju pangkalan perdagangan VOC di Batavia (sekarang Jakarta).
Kapal seberat 650 ton itu membawa kurang dari 350 tentara beserta keluarga mereka, pejabat VOC (termasuk istri dan anak mereka), koin perak, dan batu bata pasir. Rencananya ia akan kembali dengan rempah-rempah.
Namun, Batavia tidak pernah mencapai tujuannya. Angin kencang dan kurangnya pengetahuan tentang garis bujur, mengakibatkannya terlempar ke Morning Reef. Diperkirakan sebanyak 100 orang tewas saat kapal sepanjang 56 meter itu tenggelam.
Setelah kecelakaan itu terjadi, para korban diangkut ke Pulau Beacon menggunakan baik perahu besar maupun kecil. Pulau tersebut terletak dua kilometer dari tempat kecelakaan.
Francisco Pelsaert, Komandan armada, dan Kapten Batavia, Adriaen Jacobsz, memutuskan untuk berkemah.
Sementara beberapa korban selamat termasuk Jeronimus Cornelisz (pejabat VOC) tinggal di reruntuhan kapal untuk mengamankan perbekalan apa pun yang dapat diselamatkan.
Dengan kondisi yang alami para korban selamat, sangat jelas mereka sangat membutuhkan banyak persediaan dan bantuan. Pulau Beacon yang tandus dan terisolasi, ditambah tidak ada makanan dan air mengalir, adalah mimpi buruk bagi mereka.
Pelsaert memutuskan untuk membawa banyak orang, termasuk Jacobsz, untuk mencari pulau-pulau di sekitarnya. Malang, mereka tidak menemukan apapun.
Akhirnya mereka memutuskan untuk melanjutkan kembali perjalanan ke Batavia yang letaknya sekitar 3.000 km jauhnya.
Source | : | History Hit |
Penulis | : | Tri Wahyu Prasetyo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR