Cornelisz yang kala itu masih berada di puing-puing Batavia, memutuskan untuk menepi ke darat setelah reruntuhan kapal benar-benar hancur. Ia dan orang-orang selamat lainya memanfaatkan sisa-sisa kayu sebagai rakit.
Sesampainya di daratan, Cornelisz mengambil kendali atas kelompok orang yang selamat dengan menegaskan kekuasaannya. Pada titik ini, kondisi semakin memburuk bagi para korban selamat.
Cornelisz mengumpulkan semua persediaan makanan dan senjata yang tersisa, serta mengirim dua kelompok orang termasuk tentara ke pulau lain. Mereka diperintahkan untuk mencari air bersih dan mengirimkan sinyal asap ketika mereka berhasil.
Alih-alih memberikan misi, agaknya Cornelisz mengirim mereka ke pulau lain dengan harapan mereka akan mati. Hal ini memungkinkan Cornelisz untuk mengendalikan korban selamat tersisa yang akan dilemahkan karena persediaan makanan sangat minim.
Pembunuhan dan pembantaian
Cornelisz membentuk dewan yang menjadikan dirinya sendiri sebagai ketuanya. Mereka yang tersisa di kamp dikirim untuk tugas di atas rakit buatan tangan, lalu anak buah Cornelisz mendorong mereka ke laut.
Ia kemudian memerintahkan orang sakit dan lemah untuk dibunuh, bersama dengan wanita dan anak-anak.
Mereka melakukanya dengan keji, tenggorokan yang digorok saat tidur, serangan brutal, dan diracun. Beberapa wanita ditahan untuk diperkosa berulang kali oleh para pria.
Ketika salah satu kelompok yang dikirim ke sebuah pulau terlihat berkeliaran di garis pantai, Cornelisz mengirim orang untuk membunuh mereka.
Secara keseluruhan, diperkirakan bahwa Cornelisz telah membunuh lebih dari 120 orang (ia sendiri tidak pernah terlibat secara fisik dalam pembunuhan tersebut).
Lantas apa sebenarnya motif Cornelisz, sehingga membuatnya bertindak kurang ajar? tak lain adalah kerakusannya.
Source | : | History Hit |
Penulis | : | Tri Wahyu Prasetyo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR