Nationalgeographic.co.id – Dalam serial marvel atau film peraih 7 piala oscar, Everything Everywhere All at Once (EEAO), kita dan semua manusia di Bumi ini hidup di dalam dunia paralel atau yang disebut multiverse.
Konsep ini sangat populer saat ini seiring popularitas para superhero Marvel. Namun apakah benar kita hidup di dalam multiverse?
Untuk menjawabnya, kita harus memahami dulu apa itu multiverse dan bagaimana sebenarnya semesta berjalan. Sebelum muncul dalam serial marvel, konsep multiverse memang sudah muncul terlebih dahulu di beberapa bidang fisika dan filsafat.
Teori multiverse menunjukkan bahwa alam semesta kita, dengan ratusan miliar galaksi dan bintang yang hampir tak terhitung jumlahnya, yang mencakup puluhan miliar tahun cahaya, mungkin bukan satu-satunya.
Sebaliknya, mungkin ada alam semesta yang sama sekali berbeda, terpisah jauh dari alam semesta kita dan lainnya.
Memang, mungkin ada alam semesta yang tak terhingga, semua dengan hukum fisikanya sendiri, kumpulan bintang dan galaksinya sendiri (jika bintang dan galaksi dapat eksis di alam semesta itu), dan mungkin bahkan peradaban cerdasnya sendiri.
Bisa jadi alam semesta kita hanyalah salah satu anggota dari banyak alam semesta yang jauh lebih megah dan lebih besar: multisemesta.
Contoh yang paling menonjol berasal dari sesuatu yang disebut teori inflasi. Teori inflasi menggambarkan peristiwa hipotetis yang terjadi ketika alam semesta kita masih sangat muda, kurang dari satu detik.
Dalam waktu yang sangat singkat, alam semesta mengalami periode perluasan yang cepat, "menggembung" menjadi beberapa kali lipat lebih besar dari ukuran sebelumnya, menurut NASA.
Inflasi alam semesta kita diperkirakan telah berakhir sekitar 14 miliar tahun yang lalu, kata Heling Deng, ahli kosmologi di Arizona State University dan pakar teori multiverse.
"Namun, inflasi tidak berakhir di mana-mana pada saat bersamaan," kata Deng kepada Live Science.
Source | : | NASA,Live Science |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR