Tembok kota Nanjing, dibangun 600 tahun yang lalu, adalah garis pertahanan pertama untuk ibu kota Dinasti Ming Kekaisaran Tiongkok. Dibangun dari 350 juta batu bata dan memiliki panjang awal 35 km, sebagian besar tembok ini bertahan selama berabad-abad. Ternyata rahasia dari daya tahannya yang luar biasa itu adalah campuran ketan, darah, dan minyak sebagai perekat.
Tahun 2010, tim peneliti Tiongkok menganalisis sampel mortar dari satu bagian tembok. Hasilnya cukup mengejutkan. Ternyata, salah satu makanan pokok orang Tionghoa menjadi kunci kekuatan tembok Nanjing itu.
Penggunaan ketan sebagai perekat ini sebenarnya bukan hal baru di Tiongkok kuno. Selama ribuan tahun, para pembangun Tiongkok mencampur beras ketan dengan mortar kapur untuk menyusun struktur di seluruh negeri. Ini termasuk tembok kota, pagoda, jembatan, dan makam.
Beras dimasak hingga menjadi pasta kemudian dicampur dengan pasir dan kapur. Zat kemudian dihasilkan dari memanaskan batu kapur. Menurut peneliti Yan-Bing Luo dari Universitas Sichuan, ramuan tepung ini memiliki status dan nilai penting dalam sejarah arsitektur Tiongkok. Karena kekuatan dan porositasnya yang rendah, mereka menyebutnya sebagai “beton Tiongkok”.
Para ilmuwan telah lama terpesona dengan formula yang tidak biasa ini. Dan selama beberapa tahun terakhir, tim yang berbeda melakukan penelitian untuk lebih memahaminya. Peneliti Jiajia Li dan Bingjian Zhang menghabiskan waktu enam tahun untuk mengumpulkan 378 sampel mortar kuno. Sampel itu diperoleh dari 159 situs di seluruh Tiongkok, yang berasal dari fase Taosi (2300-1900 Sebelum Masehi) hingga Dinasti Qing (1644-1911).
Hasil pengujian kimia mengungkapkan bahwa 219 mortar dari 96 lokasi memiliki komponen organik. Itu adalah sedikit pati, protein, gula merah, darah, dan minyak. Campuran ini terbukti membantu melestarikan sebagian besar lanskap Tiongkok.
Para peneliti berpendapat bahwa kualitas mortar yang digunakan dalam konstruksi memainkan peran penting dalam menentukan daya tahan monumen.
Salah satu sampel penting diambil makam berusia 2000 tahun di provinsi Jiangsu. Dari situ peneliti menemukan jejak mortar beras ketan tertua yang diketahui. Meskipun para peneliti tidak mengetahui asal usul resep tersebut, mereka menentukan bahwa pada Dinasti Tang (816-907), beras sering digunakan untuk memperbaiki konstruksi. Sedangkan di masa Dinasti Song dan Ming, di mana banyak dilakukan pembangunan, mortar unik ini umum digunakan. “Terutama di fondasi bangunan penting,” tulis Claire Voon di laman Atlas Obscura.
Beras ketan memiliki tekstur lilin yang berasal dari amilopektin polisakarida, yang membuat ketan memiliki struktur mikro yang lebih padat. Dicampur dengan mortar kapur, butiran meningkatkan daya tekan, membantu dinding menahan beban tanpa patah. Bahan ini juga sangat tahan air, sehingga bisa melindungi bangunan dari erosi.
Darah sebagai bahan pencampur
Sampel mortar dari aula dan taman Kota Terlarang (Forbidden City dinyatakan mengandung pati. Begitu pula bagian dari Tembok Besar Tiongkok, yang sebagian besar dipugar selama dinasti Ming.
Tapi satu sampel dari Tembok Besar, yang melewati Kabupaten Yanqing, mengandung bahan yang kurang umum: darah hewan. Bahan ini ditemukan hanya di lima lokasi.
Source | : | Atlas Obscura |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR