Para peneliti menemukan bahwa, rata-rata, orang dengan lebih banyak pengalaman positif dalam silaturahmi dan lebih sedikit pengalaman negatif melaporkan stres yang lebih rendah.
Tidak hanya itu, mereka juga melaporkan penanganan yang lebih baik, dan reaktivitas tekanan darah sistolik yang lebih rendah yang mengarah ke fungsi fisiologis yang lebih baik dalam kehidupan sehari-hari.
Sebaliknya, variabilitas, atau pasang surut harian, dalam pengalaman hubungan negatif seperti konflik sangat memprediksi hasil seperti stres, penyelesaian masalah dan tekanan darah sistolik secara keseluruhan.
Hasil menunjukkan bahwa tingkat rata-rata yang lebih tinggi dari pengalaman relasional negatif yang positif dan tingkat rata-rata yang lebih rendah memprediksi stres yang lebih rendah.
Kemudian penanganan yang lebih baik, dan fungsi fisiologis yang lebih baik dalam kehidupan sehari-hari, seperti reaktivitas tekanan darah sistolik yang lebih rendah.
Don mencatat bahwa satu implikasi yang lebih luas dari penelitian ini adalah bahwa penting untuk mempertimbangkan bagaimana penyebab stres dari luar, seperti pandemi COVID-19, dapat memengaruhi hubungan orang-orang, dan karenanya kesehatan fisik mereka.
"Sejak pandemi COVID-19, hubungan menghadapi tantangan, turbulensi, dan perubahan yang belum pernah terjadi sebelumnya," kata Don.
Artinya, pandemi COVID mungkin memiliki implikasi kesehatan bukan hanya karena virus itu sendiri, tetapi juga secara tidak langsung sebagai akibat dari dampaknya terhadap hubungan orang.
Artinya, karena pandemi COVID-19 telah menimbulkan ketegangan yang cukup besar, turbulensi, dan variabilitas dalam hubungan silaturahmi, secara tidak langsung dapat mengubah stres, penyelesaian masalah dan fisiologi dalam kehidupan sehari-hari, yang semuanya memiliki implikasi penting untuk kesejahteraan fisik.
Para peneliti memperingatkan untuk tidak menafsirkan studi tersebut sebagai bukti bahwa pengalaman hubungan memiliki efek fisiologis.
Baca Juga: Silaturahmi Belanda Saat Lebaran, Berujung Petaka bagi Dipanagara
Source | : | University of Auckland,Social Psychological and Personality Science |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR