Di antara kaum Ismailiyah, seorang dokter ahli mata Yahudi bernama Maymun al-Qaddah, yang mengikuti jejak Abdullah bin Saba, mendirikan Batiniyah.
Batiniyyah adalah sebuah sistem kepercayaan Hermetik yang mirip dengan Kabbalah Yahudi. Kepercayaan tersebut dibentuk melalui pencampuran filosofi Mesir Kuno dan Plato dengan agama-agama seperti Zoroaster dan Manikheisme.
Kaum Batiniyah mengatakan bahwa Al-Quran memiliki makna yang tampak (zahir) dan makna yang tersembunyi (batini). Makna zahir, seperti salat, puasa, zakat, dan sebagainya, tidaklah penting, melainkan hanya bersifat simbolis.
Yang terpenting adalah makna yang tersembunyi, yang tidak semua orang dapat memahaminya. Mereka yang menyebarkan keyakinan ini disebut "Dai".
Hassan-i Sabbah
Salah satu penganut Syiah Ismailiyah yang mendukung Nizar adalah Hassan-i Sabbah. Hassan merupakan putra seorang imam Syiah, yang kemudaian menjadi seorang misionaris Batini atau seorang dai.
Ia pergi ke Mesir pada tahun 1076 dan belajar di sana. Ketika kembali ke Iran, ia memulai pekerjaan misionarisnya dengan nama "ad-Da'watu'l-Jadidah," yaitu "Propaganda Baru."
Hassan, bersama dengan orang-orang yang ia kumpulkan, merebut benteng Alamut di Daylam pada tahun 1090 dan menjadikannya sebagai markas. Ia mengklasifikasikan para anak buahnya dan membentuk organisasi baru. Ia juga menyatakan dirinya sebagai "Syekh-ul-Jebel" ("Orang Tua Gunung").
Hassan menyebut orang-orang yang menyebarkan keyakinan mereka "dai", sama seperti yang digunakan kaum Ismaili. Sementara, pada para pria yang akan ia gunakan sebagai peneror disebut sebagai "fedai", atau juga dikenal sebagai "fedayeen".
Hassan-i Sabbah mengeksploitasi para fedai-nya, yang kemudian dikenal sebagai "Hashashin" di Eropa karena mereka menggunakan hashish (resin ganja), dengan menjanjikan surga bagi mereka.
Menurut penuturan pengelana Venesia, Marco Polo, Hassan memiliki surga palsu yang dibangun di sebuah lembah dengan taman-taman yang indah untuk alasan tersbut.
Source | : | Daily Sabah |
Penulis | : | Tri Wahyu Prasetyo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR