Maka tidak mengherankan jika Al Battani sering disebut sebagai 'Ptolemy of the Arabs'. Al-Battani meninggal pada tahun 929 di Qasr Al-Jiss, Irak.
Bukan hanya Al-Battani saja, salah satu tokoh ilmuwan non-muslim Nicolaus Copernicus juga dikenal sebagai bapak astronomi modern. Dia adalah lmuwan Eropa pertama yang mengusulkan bahwa Bumi dan planet lain berputar mengelilingi matahari, teori tata surya heliosentris.
Sebelum publikasi karya astronomi utamanya, On the Revolutions of the Heavenly Spheres, pada tahun 1543, para astronom Eropa berpendapat bahwa Bumi terletak di pusat alam semesta, pandangan yang juga dianut oleh sebagian besar filsuf kuno.
Baca Juga: Misteri Jabir ibn Hayyan, Ilmuwan Muslim Bapak Ilmu Kimia Modern
Baca Juga: Inilah Al Zahrawi, Ilmuwan Muslim dan Penemu Ilmu Bedah Modern
Baca Juga: Ibnu Haytham, Ilmuwan Muslim Yang Menginspirasi Dunia Keilmuan Barat
Selain mendalilkan dengan benar urutan planet yang diketahui dari matahari dan memperkirakan periode orbitnya secara relatif akurat, Copernicus berpendapat bahwa Bumi berputar setiap hari pada porosnya dan pergeseran bertahap dari poros ini menyebabkan perubahan musim.
Nicolaus Copernicus meninggal pada tanggal 24 Mei 1543 di tempat yang sekarang Frombork, Polandia. Sebagian besar tidak diketahui di luar lingkaran akademik, dia meninggal pada tahun karya utamanya diterbitkan, menyelamatkannya dari kemarahan beberapa pemimpin agama yang kemudian mengutuk pandangan heliosentrisnya tentang alam semesta sebagai bid'ah.
Salah satu pengkritik itu adalah Martin Luther, pengkritik Vatikan terkenal yang merupakan salah satu pendiri Reformasi. Luther menyatakan bahwa “Orang bodoh ini ingin membalikkan seluruh ilmu astronomi; tetapi Kitab Suci memberi tahu kita bahwa Yosua memerintahkan Matahari untuk diam, dan bukan Bumi. Vatikan akhirnya melarang On the Revolutions of the Heavenly Spheres pada tahun 1616.
Baru pada awal abad ke-17 Galileo dan Johannes Kepler mengembangkan dan mempopulerkan teori Copernicus, yang bagi Galileo menghasilkan percobaan dan hukuman karena bid'ah. Mengikuti karya Isaac Newton dalam mekanika langit pada akhir abad ke-17, penerimaan teori Copernicus menyebar dengan cepat di negara-negara non-Katolik, dan pada akhir abad ke-18 pandangan Copernicus tentang tata surya hampir diterima secara universal.
Source | : | britannica,History,Muslim Heritage |
Penulis | : | Hanny Nur Fadhilah |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR