Nationalgeographic.co.id—Perbudakan adalah bagian yang tak terelakkan dari sejarah panjang berdirinya Amerika Serikat. Negeri yang penuh dengan paradoks ini telah mengadirkan sejumlah catatan kelam.
Seperti halnya tentang bagaimana Islam dan Ramadan telah diperkenalkan kepada segenap muslim modern di hampir 20 negara bagian dari Amerika Serikat, dipercaya telah diperkenalkan sejak lama oleh para budak.
Pemahaman dan kepercayaan tentang Islam dan bulan suci Ramadan, memiliki dinamika dan sejarah yang unik di Amerika Serikat. "Sejarawan mengeklaim bahwa agama Islam dan Ramadan diperkenalkan oleh para budak," tulis Lalia Alalli kepada The San Diego Union-Tribune.
Ia menuliskan kisah tentang awal masuknya Islam ke Amerika Serikat dalam sebuah artikel berjudul Here’s what the stories of enslaved Muslims teach us about Ramadan’s history in the U.S., yang diterbitkan pada 21 Maret 2023.
Islam adalah agama dengan pertumbuhan tercepat di negara ini, dan menjadi agama yang paling banyak dipraktikkan kedua di 20 negara bagian ini, setelah agama Nasrani.
Para ilmuwan sosial telah memperkirakan bahwa sebanyak 30% dari orang-orang Afrika yang diperbudak oleh bangsa Spanyol adalah Muslim. Kebanyakan dari Afrika Utara, serta beberapa berasal dari negara-negara di Afrika Barat dan Afrika Tengah.
Setibanya mereka di Amerika Utara, mempertahankan keyakinan Islam mereka sangat berat, karena mereka dipaksa untuk meninggalkan praktik keagamaan mereka. Mereka dipaksa untuk mengambil kebiasaan agama yang dipaksakan secara brutal oleh bangsa Spanyol.
Namun, muncul satu tokoh budak bernama Salih Bilali, seorang Muslim Afrika yang diperbudak dan dipekerjakan di Amerika Serikat. Ia menjadi figur yang dikenang memiliki keteguhan iman dan kesalehan transenden yang luar biasa.
Mengutip dari laman Slavery and Remembrance dalam artikelnya Salih Bilali of Massina, Bilali adalah seorang pria Muslim yang lahir di Massina atau Mali modern pada tahun 1770-an dan menghabiskan sebagian besar hidupnya di pesisir Georgia di Amerika Serikat.
Ia berasal dari etnis Fula, seperti banyak Muslim yang diperbudak lainnya di Amerika. Setelah ditangkap sebagai budak saat berusia sekitar dua belas tahun, Salih Bilali tinggal dan bekerja di Bahama. Dari sana, dia dibeli oleh keluarga Couper di Pulau St. Simons, Georgia. Di sana ia akhirnya naik ke posisi penting dalam hierarki perkebunan.
Salih Bilali dikenang sebagai seorang Muslim yang taat, setia dan berdedikasi tinggi terhadap agama Islam, itu yang mendorongnya memiliki tanggung jawab besar dengan pekerjaannya.
Putra pemiliknya mengingatnya sebagai orang paling religius yang pernah dia kenal, dan mengeklaim bahwa kata-kata terakhirnya adalah, "Allah adalah Tuhan dan Muhammad adalah nabinya."
Source | : | The San Diego Union-Tribune,Slavery and Remembrance |
Penulis | : | Galih Pranata |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR