Nationalgeographic.co.id—Dari peradaban kuno hingga saat ini, beberapa bentuk alat, monumen, dan mekanisme telah dibuat untuk menentukan tanggal, musim, dan waktu.
Pengejaran ketepatan waktu telah menjadi salah satu tujuan akhir bagi umat manusia. Dari jam matahari dan tanda penghitungan kuno pada tongkat berusia 30.000 tahun, jam air yang digunakan dalam peradaban kuno Eropa dan Timur Jauh, hingga jam yang kita kenal sekarang.
Namun, apa sebenarnya tujuan memahami waktu? Orang-orang kuno telah menggunakan waktu dalam pertanian dan pengamatan astronomi. Bahkan hari ini, ketertarikan kita berlanjut saat para astronom dan fisikawan bekerja dengannya untuk mengungkap lebih jauh misteri alam semesta.
Hari-hari ini, waktu diukur dengan menggunakan sistem seksagesimal (sistem numerik dengan dasar enam puluh), seperti yang terjadi pada tahun 2000 SM. Namun, alasan spesifik untuk memahami pentingnya waktu mungkin lebih rumit dari yang diharapkan. Apakah alasan pertanian, astronomi, atau rutinitas?
Dalam mempelajari perspektif ini sepanjang sejarah manusia tentang ketepatan waktu, ada harapan akan sebuah jawaban. Lagi pula, mungkin ada lebih banyak waktu daripada sekadar ketepatan waktu.
Kalender Imlek Sepanjang Zaman
Perubahan fase Bulan telah menjadi daya tarik khusus bagi umat manusia sejak era Palaeolitik, dan bahkan mungkin sebelumnya. Mempelajari bulan membantu manusia purba memahami musim: kapan harus memanen buah dan beri, dan kapan harus bermigrasi dan berburu hewan.
Salah satu bentuk pertama pelacakan kalender lunar dapat ditemukan dalam lukisan gua berusia 40.000 tahun di pulau Kalimantan, yang menggambarkan sapi liar dan banteng bertanduk.
Untuk waktu yang lama, prasejarah dan arkeolog percaya bahwa lukisan gua bersifat ritualistik, mewakili keberuntungan untuk perburuan di masa depan. Namun, beberapa peneliti mengkorelasikan posisi lukisan tertentu dengan posisi bintang dan bulan.
Meskipun diselimuti misteri matematika, tulang Ishango adalah salah satu alat matematika paling awal yang ditemukan hingga saat ini, dan mungkin telah digunakan untuk melacak waktu selama siklus bulan enam bulan.
Artefak tulang dikatakan telah dibuat antara 8.000 dan 20.000 tahun yang lalu. Itu ditemukan pada tahun 1960 oleh Jean de Heinzelin de Braucourt saat menjelajahi Kongo Belgia di dekat Sungai Semliki.
Artefak tersebut terdiri dari fibula babun dengan sepotong kuarsa terpasang di salah satu ujungnya. Sisi-sisinya telah tergores dengan beberapa tanda penghitungan seragam yang membentang di sepanjang tulang dalam tiga kolom.
Source | : | Ancient Origins |
Penulis | : | Hanny Nur Fadhilah |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR