Nationalgeographic.co.id—Sejarah mencatat Blackbeard sebagai salah satu bajak laut paling terkenal. Edward Teach, pria yang kemudian menjadi bajak laut yang dikenal sebagai Blackbeard, memiliki masa kecil yang relatif normal.
Kiprahnya di atas kapal Queen Anne's Revenge-lah yang membuatnya terkenal di kemudian hari. Meski “karier”nya terbilang singkat, ia berhasil menjadi bajak laut yang ditakuti.
Edward Teach Menjadi Blackbeard
Edward lahir dari keluarga aristokrat terpelajar yang mampu membaca dan menulis. Keterampilan itu hanya dimiliki sedikit orang saat itu. Sebagai pemuda berpendidikan, ia menyukai kisah eksplorasi dunia baru.
Sebelum Edward menjadi bajak laut, dia adalah seorang prajurit dalam perang Ratu Anne. Perang itu berlangsung dari tahun 1702 hingga 1713.
Saat itu, Inggris dan Prancis berusaha untuk menguasai benua Amerika Utara. Kedua belah pihak secara brutal menyerbu satu sama lain untuk mendapatkan wilayah dan barang rampasan selama perang.
“Kemungkinan besar selama konflik ini Edward memiliki gagasan untuk merompak dan mengumpulkan harta,” tulis Mel Childs di laman Ancient Origins.
Setelah perang ini berakhir, Edward kembali ke kehidupan sipil. Saat masih kecil, ia kerap berfantasi tentang kehidupan seorang bajak laut.
Maka tidak heran jika setelah perang, Edward mulai bercita-cita untuk menjadi bajak laut.
Tahun 1716, ia bertemu dengan Kapten Benjamin Hornigold. Edward menjadi anak didik Hornigold, mempelajari keterampilan pembajakan darinya. Setelah itu, ia menamai dirinya sebagai Kapten Blackbeard.
Queen Anne’s Revenge, kapal budak yang dijadikan sebagai kapal bajak laut
Blackbeard sangat terpelajar karena asuhan aristokratnya. Karena kecerdasannya, ia tidak membutuhkan waktu lama untuk menyerap semua pengetahuan yang diberikan Hornigold kepadanya.
Dengan cepat, Kapten Blackbeard menyesuaikan diri dengan kehidupan sebagai bajak laut.
Blackbeard menyita kapal pertamanya Betty pada bulan September 1717. Kurang dari sebulan kemudian ia merebut kapal Robert dan Good Intent.
Menjelang akhir tahun yang sama, Blackbeard mengincar kapal budak Prancis bernama La Concorde yang mengangkut budak.
Blackbeard tidak tertarik dengan kargo manusia di atas kapal. Dia jauh lebih tertarik pada kapal itu sendiri.
Mengapa ia memilih kapal budak? Baginya kapal budak jauh lebih cepat dan lebih dapat diandalkan daripada kebanyakan kapal di laut lepas. Ini karena muatan yang dibawanya jauh lebih “mudah rusak”.
Oleh karena itu, para budak perlu diangkut secepat mungkin dari satu benua ke benua lain.
Juga, kapal-kapal budak biasanya dipersenjatai dengan baik karena muatan manusia sangat berharga dan perlu dilindungi.
Tujuannya agar para budak dapat dikirim dengan selamat untuk mendapatkan sejumlah keuntungan.
Blackbeard percaya bahwa kapal tangguh seperti La Concorde akan memberinya kekuatan yang dibutuhkan untuk menguasai dunia maritim.
Terbukti, kapal tersebut membuatnya menjadi kekuatan yang harus diperhitungkan.
Setelah berhasil membajak kapal budak, Blackbeard melengkapi kapal barunya dengan lebih banyak meriam. Ia menambah lebih banyak ruang dek dan menamakannya kapal barunya itu Queen Anne’s Revenge.
Queen Anne’s Revenge, harta Blackbeard yang paling berharga
Kapal Blackbeard adalah miliknya yang paling berharga. Dia menggunakan Queen Anne’s Revenge untuk menjarah kapal lain di seluruh Karibia.
Dalam salah satu dari banyak pelayarannya, dia bertemu Kapten Stede Bonnet, yang akan menjadi rekannya dalam kejahatan.
Bersama 300 perompak lainnya, mereka meneror pantai Atlantik—menyita makanan, perbekalan, senjata, dan semua yang berharga.
Salah satu serangan tersebut melibatkan penyitaan kapal penumpang Crowley, di mana Blackbeard meminta tebusan pasokan medis sebagai ganti penumpang.
Blackbeard dan kru terus mengarungi Atlantik, mencari lebih banyak peluang untuk merompak.
Menolak untuk mendapat pengampunan dan terus merompak
Setelah beberapa pembajakan, Blackbear berlayar ke Carolina utara di mana dia berjanji untuk menghentikan pembajakan. Konon ia diberikan pengampunan oleh gubernur, Charles Eden.
Banyak pejabat di pantai timur koloni Amerika menutup mata terhadap pembajakan.
Salah satu alasannya karena mereka sendiri terlibat di dalamnya. Atau, karena rampasan bajak laut seringkali lebih murah daripada membeli barang dari pedagang resmi.
Namun iming-iming pengampunan ternyata tidak membuatnya berhenti menjadi bajak laut. Pada Maret 1718, Blackbeard menuju Teluk Honduras. Di sana ia berhasil menjarah empat kapal.
Pada Mei 1718, Blackbeard berhasil memblokade Charleston (alias Charles Town) di Carolina Selatan selama dua minggu.
Ia menyerang setidaknya delapan kapal. Tahanan dibebaskan tanpa cedera dengan pembayaran uang tebusan termasuk obat-obatan. Obat-obatan itu mungkin digunakan untuk mengobati sifilis di antara para kru.
Berlayar ke perairan dangkal Beaufort Inlet dalam perjalanannya ke Carolina Selatan, Queen Anne's Revenge dan satu kapal lainnya kandas di gundukan pasir.
Kapal kesayangan Blackbeard yang terdampar akhirnya tenggelam.
Di Bath Towne, Carolina Utara, Blackbeard diberikan pengampunan lain oleh Gubernur Eden. Dia menjual kargonya yang dirampasnya dan bahkan diizinkan untuk menyimpan sekocinya.
Bajak laut yang tampaknya telah bertobat itu kemudian menikahi putri pemilik perkebunan. Keduanya membangun sebuah rumah di Pulau Ocracoke.
Saat ia menjalani kehidupan normal, surat perintah penangkapan dikeluarkan. Ia pun kembali ke laut dan membajak dua kapal Perancis dari Bermuda.
Blackbeard kemudian kembali ke Bath Towne dengan muatan gula dan coklat yang bermanfaat.
Menyuap gubernur dan pejabat dengan gula, pengadilan memutuskan bahwa bajak laut itu hanya menyelamatkan kargo dari kapal terlantar. Ia pun dibebaskan dari segala tuduhan pembajakan.
Blackbeard menemui ajalnya
Gubernur Virginia, Alexander Spotswood, tidak seperti rekannya di negara tetangga Carolina Utara. Ia sangat ingin menekan pembajakan, begitu pula dengan banyak pedagang sah yang kaya dan berkuasa.
memerintahkan Maynard untuk melacak Blackbeard dan anak buahnya di Pulau Ocracoke Carolina Utara.
Armada Maynard berlayar dari Williamsburg pada 17 November 1718 menyusuri Sungai James.
Maynard berlayar dengan dua kapal sekoci bernama Ranger dan Jane yang bisa bernavigasi di perairan dangkal Pamlico Sound.
Blackbeard tidak menyadari bahwa ia sedang diintai oleh armada angkatan laut. Bersama 20 anak buahnya, ia menghabiskan waktu untuk minum-minum dan berpesta pora.
Blackbeard dan Maynard akhirnya saling berhadapan dan bertarung. Malang bagi Blackbeard, ia tertembak dan terluka oleh pedang yang menusuk lehernya. Meski terluka, bajak laut itu terus berjuang.
Baca Juga: Lima Bajak Laut Terkenal dan Ditakuti di Masa Keemasan Perompakan
Baca Juga: Pelaut Ulung Bugis-Makassar dan Mandar: Jadi Bajak Laut Dipaksa Nasib
Baca Juga: Bajak Laut Lanun yang Mengintai Perairan Palembang dan Bangka Belitung
Baca Juga: Selidik Pedang Bermata Satu Bajak Laut Turki Era Kesultanan Utsmaniyah
Butuh lima tembakan pistol dan 20 tebasan pedang untuk membuat Blackbeard akhirnya terjatuh. Pemenggalan menjadi pukulan terakhir yang menewaskan bajak laut kawakan itu.
Letnan Maynard menempelkan kepala Blackbeard di haluan kapalnya sebagai peringatan untuk bajak laut lainnya.
Untuk bajak laut yang begitu terkenal, Blackbeard hanya menikmati sedikit keberhasilan. Kariernya hanya bertahan 15 bulan dan harta yang berhasil ia jarah pun tidak seberapa.
“Tidak ada bukti bahwa Blackbeard telah mengubur harta karun yang luar biasa,” tulis Mark Cartwright di laman Britannica. Juga tidak ada bukti bahwa dia telah menyiksa atau menganiaya tawanannya dengan kejam.
Setelah kematiannya, Blackbeard dengan cepat menjadi legenda. Ia dikenal sebagai bajak laut jahat dan gila yang meneror laut lepas.
Source | : | Ancient Origins,Britanicca |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR