Nationalgeographic.co.id—Namanya adalah Balto, seekor anjing Siberian Husky yang tercatat dalam sejarah. Anjing kereta luncur ini membantu menyelamatkan masyarakat Nome, Alaska, dari wabah difteri. Sekarang, sudah hampir 100 tahun sejak cerita heroik Balto menyebar.
Kisah Balto, anjing kereta luncur, telah dikenang dalam buku dan film untuk perannya dalam membawa antitoksin difteri yang sangat dibutuhkan ke Nome, Alaska, pada 1925. Dia termasuk dalam populasi anjing kereta luncur kecil, cepat, dan bugar yang diimpor dari Siberia.
Seperti yang terungkap dalam catatan sejarah, Balto mendapatkan ketenarannya saat memimpin tim anjing kereta luncur yang dibawa oleh Gunnar Kaasen pada tahun 1925.
Saat itu, antitoksin difteri diangkut dari Anchorage, Alaska, ke Nenana, Alaska, dengan kereta api. Kemudian, antitoksin ini diagkut ke Nome oleh kereta luncur yang ditarik anjing. Misinya, melawan wabah penyakit ini sehingga banyak orang dapat diselamatkan.
Saat ini, Balto melambangkan semangat anjing kereta luncur yang gigih. Balto diabadikan dalam catatan sejarah, patung, film, dan diawetkan melalui taksidermi untuk dipajang di Cleveland Museum of Natural History.
Balto mewakili populasi anjing yang terkenal, yang dapat mentolerir kondisi keras pada saat komunitas utara bergantung pada kereta luncur anjing.
Tim peneliti menyelidiki urutan genom Balto menggunakan teknologi. Mereka mengurutkan DNA terdegradasi yang menawarkan perspektif baru pada populasi bersejarah ini.
Beragam secara genetik
Sudah hampir 100 tahun sejak Balto membantu menyelamatkan masyarakat Nome, Alaska, dari wabah difteri. Anjing Balto telah melambangkan semangat anjing kereta luncur yang gigih.
Pada saat komunitas utara bergantung pada kereta luncur anjing, Balto telah mewakili populasi anjing di masa itu yang benar-benar dapat mentolerir kondisi keras pada tahun 1920-an di Alaska.
Meskipun era Balto dan orang-orang sezamannya telah berlalu, genomik komparatif, yang didukung oleh kumpulan genom modern dan masa lalu yang terus bertambah, dapat memberikan wawasan tentang tekanan selektif yang membentuknya.
Para ilmuwan mengurutkan genomnya dari sisa-sisa taksidermi, yaitu jasad hewan yang telah diawetkan sesuai dengan kondisi aslinya saat masih hidup.
Source | : | Science,Sci News |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR