Nationalgeographic.co.id—Penobatan Raja Charles III di Westminster Abbey dilakukan sesuai dengan tradisi yang berusia berabad-abad. Sesuai tradisi, ia harus mengenakan serangkaian pakaian rumit, mahkota, dan benda-benda yang mempunyai arti penting. Dengan benda-benda itu, ia dinobatkan sebagai pemimpin kerajaan Inggris Raya dan Irlandia Utara serta pemimpin gereja.
Bola penguasa
Bola penguasa berbentuk seperti bola dunia. Ini melambangkan kekuatan raja di seluruh dunia Kristen. Bola emas berongga itu beratnya 1,13 kg dan bertatahkan permata besar. “Termasuk salib bertatahkan berlian yang melambangkan Gereja Inggris dan hak ilahi raja untuk memerintah,” tulis Erin Blakemore di laman National Geographic.
Charles memegangnya di tangan kanannya ketika dia diberi simbol gereja dan kerajaan.
Beragam jubah dengan makna yang berbeda
Charles akan melakukan sejumlah pergantian kostum selama penobatan. Semuanya dipandu oleh Liber Regalis, manual penobatan abad ke-14.
Dia akan memasuki Westminster Abbey dengan mengenakan jubah kerajaan beludru. Termasuk bulu cerpelai merah tua mewah.
Selama upacara pengurapan, dia akan mengenakan Colobium sindonis, pakaian putih polos seperti biarawan. Ini melambangkan kerendahan hati. Saat mengenakan pakaian putih itu, ia diberkati dengan minyak suci.
Saat upacara penobatan, dia akan mengenakan Supertunica, mantel emas yang melambangkan jubah pendeta. Ini mengingatkan pada peran ilahi raja. Di saat yang sama, ia juga mengenakan Stole Royal (syal) dan Imperial Mantle (jubah emas).
Terakhir, dia akan mengenakan Robe of Estate, mantel mewah berwarna ungu panjang dari beludru. Ungu yang melambangkan kekuatan dan royaltinya. Jubah ini dikenakannya saat prosesi keluar dari Westminster Abbey.
Mahkota St. Edward
Simbol monarki, mahkota St. Edward terbuat dari emas padat dan dikelilingi oleh batu rubi, safir, dan permata lainnya. Bagian atas mahkota terdapat beludru berwarna ungu. Pita cerpelai melindungi kepala raja dari bobot mahkota yang luar biasa.
Source | : | National Geographic |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR