Pada suatu hari, Galgano menyatakan bahwa ia akan menjadi seorang pertapa dan memutuskan akan tinggal di sebuah gua yang terletak di sekitar daerahnya.
Menanggapi apa yang telah dinyatakan Galgano, teman-teman dan keluarganya justru mengejeknya. Dikira ia telah kehilangan akal sehatnya.
Meskipun demikian, Dionisia, meyakinkan Galgano untuk mengunjungi tunangannya terakhir kali sebelum meninggalkan semua kesenangan duniawi.
Mengenakan pakaian sesuai garis keturunan bangsawannya, Galgano memulai perjalanan untuk berjumpa dengan kekasihnya.
Namun takdir berkata lain, kejadian tak terduga terjadi sepanjang perjalanan. Kuda yang biasa ia tunggangi tiba-tiba melemparkan Galgano dari punggungnya.
Dalam keadaan tersungkur, sebuah kekuatan misterius seolah memandu Galgano untuk bangkit. Ia juga mendengar suara merdu dan serafim bergema di dalam dirinya, mengisyaratkan untuk menuju Montesiepi–sebuah bukit suci di dekat Kota Chiusdino.
Mematuhi perintah surgawi, San Galgano menemukan dirinya berada di kaki bukit. Seperti yang diperintahkan, ia berdiri diam dan pandangannya tertuju pada puncak Montesiepi.
Galgano dikatakan telah melihat sebuah penampakan kuil bundar, bersama dengan Yesus dan Maria yang dikelilingi oleh kedua belas Rasul. Ia kembali mendapatkan bisikan untuk mendaki bukit.
Setibanya di puncak Montesiepi, suara itu berbicara lagi dan memerintah Galgano untuk meninggalkan seluruh keinginan duniawinya.
San Galgano dan Sejarah Pedang San Galgano yang Penuh Teka-teki
Mendapatkan perintah untuk meninggalkan hal-hal duniawi, “Namun, San Galgano menolak, dan menegaskan bahwa untuk mencapai hal itu akan semudah membelah batu dengan pedang,” kata Mingren.
Penulis | : | Tri Wahyu Prasetyo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR