Nationalgeographic.co.id—Salah satu cerita rakyat Inggris yang paling terkenal adalah tentang Raja Arthur dan sejarah pedang di dalam batu. Menurut berbagai versi kisah, pedang tersebut hanya dapat dicabut dari batu hanya oleh raja Inggris yang sebenarnya.
Kisah serupa, meskipun kurang terkenal, dapat pula ditemukan di wilayah Tuscany, Italia. Sejarah pedang ini dikenal dengan nama San Galgano, bahkan oleh beberapa orang disebut-sebut sebagai inspirasi legenda Inggris.
Penempaan seorang Santo: Asal-usul Santo Galgano
Wu Mingren, dalam laman Ancient Origins, menjelaskan bahwa San Galgano ialah orang suci pertama yang dikanonisasi melalui proses formal oleh Gereja.
“Oleh karena itu, sebagian besar kehidupannya diketahui melalui dokumen-dokumen proses kanonisasi ini, yang dilakukan pada tahun 1185, hanya beberapa tahun setelah kematiannya,” terang Mingren.
Selain itu, terdapat juga sejumlah karya yang ditulis oleh para penulis setelahnya tentang kehidupan santo ini.
Galgano Guidotti lahir pada tahun 1148 di Chiusdino, di provinsi Siena, Italia modern. Ibunya tercatat bernama Dionisia, sementara (dalam karya-karya selanjutnya) nama ayahnya disebut-sebut sebagai Guido atau Guidotti.
Di awal kehidupannya, dikatakan bahwa Galgano hanya mementingkan kehidupan duniawi. Sebagai seorang bangsawan, ia merupakan seorang kesatria yang terlatih dalam seni perang.
Galgano juga dikenal sebagai orang yang sombong serta kejam. “Namun, semua ini berubah, dan sang ksatria kemudian menjadi seorang pertapa,” tegas Mingren.
Sering digambarkan sebagai santo pejuang yang gagah berani, Malaikat Tertinggi Michael memainkan peran penting dalam kisah San Galgano. Menyitir dari salah satu versi legenda, sosok surgawi itu muncul di hadapan orang suci, membuka jalan ilahi menuju penebusan.
Malaikat agung tidak hanya membimbing Galgano, tetapi ia juga menunjukan berbagai lokasi yang harus dikunjungi untuk mencapai keselamatan. Ia juga menanamkan rasa tujuan dan pencerahan yang nantinya akan mengubah jalan hidup Galgano selamanya.
Pertapa dan Pertemuan Surgawi: San Galgano dan Bukit Suci Montesiepi
Penulis | : | Tri Wahyu Prasetyo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR