Meskipun sihir adalah cara paling umum yang diketahui untuk menyakiti atau menangkap dan ifrit, ada cara lain untuk menguasai makhluk-makhluk ini.
Salah satu cara paling umum bagi warga negara biasa untuk melindungi diri dari ifrit adalah dengan membaca doa.
Doa dianggap sebagai tindakan ibadah yang mendalam. Dengan demikian, masuk akal bahwa ini dianggap melindungi seseorang dari ifrit karena hal itu ditunjukkan dalam penentangan Iblis terhadap manusia bahwa Allah akan datang membantu manusia jika diperlukan.
Legenda Lain Penciptaan Ifrit
Beberapa legenda menyatakan bahwa ifrit tidak terbuat dari api tanpa asap, tetapi dari darah korban pembunuhan. Mereka bebas mengambil bentuk korban yang telah meninggal, badai pasir, atau setan sendiri. Dari asal usul inilah legenda ini menjelaskan sifat pendendam ifrit.
Ada juga legenda yang menggabungkan implikasi dari kedua cerita tersebut. Banyak legenda yang mengambil dari gagasan bahwa ifrit adalah bagian dari jin dan ifrit yang diciptakan dari darah korban pembunuhan mengklaim bahwa makhluk ini tidak terbuat dari darah korban, melainkan ditarik ke sana.
Ifrit ini bisa mendapatkan kekuatan dari roh (atau darah) korban pembunuhan dan seringkali didorong untuk melakukan kehendak orang yang dibunuh. Karena itu, legenda ini sering menceritakan tentang bagaimana ifrit didorong untuk membalas dendam atas pembunuhan korban yang jiwanya mereka ambil dari kekuasaan.
Penciptaan makhluk mitologi Arab ini diyakini bahwa di bawah tanah Mesir mengintai ras misterius orang-orang yang tujuan hidupnya tetap menjadi misteri bagi dunia di atas.
Mereka menjaga sisa-sisa Firaun Mesir yang dulunya besar dan sebagian besar tetap menjadi misteri yang sangat ditakuti oleh sebagian besar orang.
Jka Anda berani melihat ke dalam makam Firaun tanpa mengetahui anti-mantra sebagai perlindungan, Anda akan dikutuk dengan murka Firaun. mengalami kesialan ini dan mencium bau busuk yang menyengat, kemungkinan besar sudah terlambat—murka Ifrit akan segera menimpa Anda.
Source | : | Mythology Source |
Penulis | : | Hanny Nur Fadhilah |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR