Nationalgeographic.co.id—Apakah Anda salah satu orang yang khawatir dengan keberadaan AI (kecerdasan buatan)? “Jika iya, mungkin anda dapat menyalahkan mitologi Yunani Kuno,” tulis Marialena Perpiraki, pada laman The Collector.
Platform-platform seperti DALL-E dan ChatGPT, dapat membantu upaya kreatif setiap orang saat ini. Beberapa tahun yang lalu, sebuah lukisan karya AI dilelang dengan harga lebih dari enam miliar rupiah.
Pada saat yang sama, para peneliti telah menawarkan kerangka kerja konseptual untuk mempekerjakan robot dalam pekerjaan layanan pelanggan.
Menurut sebuah studi McKinsey, kecerdasan buatan dapat menggantikan sekitar 15% pekerja, atau 400 juta orang, di seluruh dunia antara tahun 2016 dan 2030. Dalam skenario adopsi AI yang luas, pangsa pekerjaan yang dipindahkan dapat meningkat hingga 30%.
Lantas, bagaimana Yunani Kuno mengisahkan robot humanoid, apakah ia menjadi sebuah alat yang membantu manusia atau justru suatu bencana?
Mitologi Yunani dan Robot
Orang Yunani kuno tidak merasa khawatir dengan robot humanoid yang akan mengambil alih pekerjaan mereka.
Meskipun demikian, mitos mereka sering kali menyinggung masalah manusia yang menjadi pencipta. Tepatnya, pencipta makhluk yang cerdas namun tidak berjiwa.
Marialena menerangkan, orang-orang Yunani Kuno tidak menyebutnya dengan kata “robot”- istilah ini baru muncul pada tahun 1921 oleh penulis Karel Capek. Namun, mereka menggambarkan penggunaan manusia buatan sebagai pelayan bagi umat manusia.
Dalam mitologi Yunani, Hephaestus—dewa tempa, api, dan kerajinan—dilaporkan telah membuat "pelayan-pelayan yang ditempa dari emas dan menyerupai pelayan yang hidup", seperti yang digambarkan oleh Homer dalam Iliad (18.415-19).
“Sama seperti robot-robot dalam drama R.U.R. karya Karel Capek (1921), para pelayan wanita ini ada untuk membantu dan melayani,” terang Marialena.
Penulis | : | Tri Wahyu Prasetyo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR