Nationalgeographic.co.id—Proyeksi global dari tim peneliti internasional menunjukkan kemungkinan kekeringan tak terduga. Menurut proyeksi tersebut, kekeringan global akan semakin parah dengan cepat akibat perubahan iklim dan suhu yang semakin menghangat di seluruh dunia.
Hasil penelitian mereka telah dijelaskan di jurnal Nature Communications Earth & Environment belum lama ini. Jurnal tersebut diterbitkan dengan judul "Global projections of flash drought show increased risk in a warming climate" yang bisa didapatkan secara daring.
Dijelaskan, perkembangan pesat dari kekeringan tak terduga, yang disebut kekeringan kilat, dapat berdampak sangat parah pada sistem pertanian dan ekologi dengan efek riak yang meluas lebih jauh.
Para peneliti di University of Oklahoma menilai bagaimana pemanasan iklim kita akan dapat memengaruhi frekuensi kekeringan kilat dan risiko lahan pertanian secara global.
Jordan Christian, seorang peneliti postdoctoral, ia adalah penulis utama studi, mengatakan "Proyeksi global kekeringan kilat menunjukkan peningkatan risiko dalam pemanasan iklim."
"Dalam penelitian ini, proyeksi perubahan frekuensi kekeringan dan risiko lahan pertanian akibat kekeringan telah diukur menggunakan simulasi model iklim global," Christian menambahkan.
“Kami menemukan bahwa kejadian kekeringan kilat diperkirakan akan meningkat secara global di antara semua skenario, dengan peningkatan paling tajam terlihat pada skenario dengan pemaksaan radiasi yang lebih tinggi dan penggunaan bahan bakar fosil yang lebih besar.”
Pemaksaan radiasi menggambarkan ketidakseimbangan radiasi, di mana lebih banyak radiasi memasuki atmosfer bumi daripada meninggalkannya.
Seperti pembakaran bahan bakar fosil, kegiatan ini termasuk penyumbang paling signifikan terhadap pemanasan global. Perubahan iklim diperkirakan akan meningkatkan peristiwa cuaca buruk dari badai, banjir bandang, kekeringan kilat, dan banyak lagi.
“Risiko kekeringan mendadak di lahan pertanian diperkirakan akan meningkat secara global, dengan peningkatan terbesar diproyeksikan di seluruh Amerika Utara dan Eropa,” kata Christian.
“Model CMIP6 memproyeksikan peningkatan 1,5 kali lipat dalam risiko tahunan kekeringan kilat di lahan pertanian di seluruh Amerika Utara pada tahun 2100."
Menurutnya, dari garis dasar 2015 sebesar 32 persen, risiko tahunan pada tahun 2015 menjadi 49 persen pada tahun 2100. Sementara Eropa diharapkan memiliki peningkatan terbesar dalam skenario emisi paling ekstrim, yaitu sebesar 32 persen hingga 53 persen, risiko tahunan meningkat 1,7 kali lipat.
Source | : | Nature,University of Oklahoma |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR