Keberadaan retakan timur dan barat, serta penemuan zona gempa bumi dan gunung berapi di lepas pantai menunjukkan bahwa Afrika terbelah secara perlahan di sepanjang beberapa garis.
Rekahan tersebut lebarnya lebih dari 0,25 inci atau sekitar 6,35 milimeter per tahun, kata Ebinger.
"Retakan saat ini sangat lambat, kira-kira sama dengan kecepatan pertumbuhan kuku kaki seseorang," kata Ken Macdonald, seorang profesor emeritus ilmu Bumi di University of California, Santa Barbara, kepada Live Science.
Celah Afrika Timur kemungkinan besar terbentuk karena panas yang mengalir dari astenosfer — bagian atas mantel Bumi yang lebih panas, lebih lemah, — antara Kenya dan Ethiopia, menurut Geological Society of London.
Panas ini menyebabkan kerak di atasnya mengembang dan naik, menyebabkan peregangan dan rekahan batuan benua yang rapuh.
Hal ini menyebabkan aktivitas vulkanik yang substansial, termasuk pembentukan Gunung Kilimanjaro, gunung tertinggi di Afrika, menurut catatan Observatorium Bumi NASA.
Jika nantinya benua Afrika terbelah, ada gagasan berbeda tentang bagaimana hal itu bisa terjadi.
Ada satu skenario yang mungkin, yaitu sebagian besar lempeng Somalia akan terpisah dari sisa benua Afrika, dengan laut terbentuk di antara kedua daratan.
Daratan baru ini akan mencakup Somalia, Eritrea, Djibouti, dan bagian timur Ethiopia, Kenya, Tanzania, dan Mozambik, kata Ebinger.
"(Sementara) skenario lain hanya memisahkan Tanzania timur dan Mozambik," kata Ebinger.
Jika benua Afrika benar-benar pecah, "celah di Etiopia dan Kenya dapat terbelah untuk menciptakan lempeng Somalia dalam 1 juta hingga 5 juta tahun mendatang," kata Ebinger.
Source | : | Live Science,Geological Society of London,GSA Today |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR