Pertempuran berkecamuk di kota. Asap mengepul dari kastel. Para samurai muda itu menyaksikan dengan ngeri dari tempat mereka bertengger di lereng bukit. Apakah pemimpin mereka terbunuh? Apakah keluarga mereka mati?
Siap untuk semua kemungkinan terburuk, para pemuda rela untuk mati saat itu.
Dalam pikiran mereka, menyerah adalah tidak ada dalam “kamus” mereka. Dipenuhi oleh emosi, samurai muda itu merasa satu-satunya jalan keluar yang terhormat adalah melalui seppuku, ritual bunuh diri para samurai. Kematian yang mulia ini adalah karma yang baik.
“Mereka bisa berharap untuk dilahirkan kembali ke dalam keluarga pejuang lainnya di kehidupan selanjutnya,” tambah Tincher.
Para samurai muda itu pun berlutut dan menancapkan pedang pendek mereka ke perut. Darah pun tumpah ke tanah.
Semua mati kecuali seorang samurai.
Orang yang selamat, Iinuma Sadakichi, diselamatkan oleh seorang petani. Melalui dia, Kekaisaran Jepang kelak mengetahui kisah para pemuda pemberani dan mulia ini.
Tragedi dari cerita ini adalah kastel itu tidak terbakar. Kota di depan kastel-lah yang sedang terbakar. Dan dari pandangan jauh mereka di Bukit Iimori, asap yang mengepul tampaknya berasal dari kastel yang berusaha mereka pertahankan.
Jenazah Byakkotai ditinggalkan di gunung. Sebulan kemudian Aizu jatuh ke tangan pasukan Kekaisaran Jepang. Pemerintah memberikan izin bagi jenazah samurai muda untuk dikebumikan.
Penguasa Aizu, Matsudaira Katamori, menulis puisi kenangan untuk para pemuda.
Tidak peduli berapa banyak orang
Kala Terbunuhnya De Bordes oleh Depresi, Jadi 'Sejarah Kecil' di Hindia Belanda
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR