Nationalgeographic.co.id - Di banyak mitologi dunia, sosok iblis selalu digambarkan bersayap, memiliki tanduk dan kuku yang tajam. Penggambaran ini bahkan dibawa ke kisah fiksi modern seperti film-film horor. Namun mengapa iblis digambarkan seperti itu?
Ternyata para ahli sejarah tidak sependapat mengenai kapan penggambaran setan ini menjadi populer. Bahkan para ahli juga tidak tahu pasti dari mana asal penggambaran iblis seperti itu.
Selain dalam mitologi dunia, iblis juga muncul dalam ajaran agama abrahamik seperti Islam, Kristen, dan Yahudi. Namun sekali lagi, sosok iblis sama sekali tidak akan ditemukan dalam literatur tiga agama besar dunia itu.
Iblis dalam ajaran Islam merujuk pada salah satu golongan jin yang durhaka. Iblis menolak perintah Tuhan untuk sujud kepada Nabi Adam. Akan tetapi di dalam literatur Islam, baik Al-Qur'an ataupun hadis sama sekali tidak ada penggambaran sosok iblis.
Penampakan iblis juga tidak dijelaskan dalam Alkitab. Marina Montesano, seorang profesor Sejarah Abad Pertengahan di Universitas Messina Italia mengatakan kepada National Geographic.
Iblis dalam kisahnya diidentikkan dengan ular di Taman Eden yang membujuk Hawa untuk memakan buah dari Pohon Pengetahuan tentang yang Baik dan yang Jahat.
Namun sekali lagi, iblis sama sekali tidak disebutkan dengan tanduk dan kukunya di mana pun di dalam Alkitab.
Dan sebagian besar, penggambaran seperti kambing, bertanduk, berbulu, dengan kuku yang tajam tidak muncul dalam gambar iblis abad pertengahan atau bahkan Renaisans.
Namun pada abad ke-19, gagasan tentang setan bertanduk dengan kuku terbelah menjadi pengetahuan umum dan menjadi bagian dari banyak mitologi dunia.
Iblis muncul dalam budaya Kristen
Pada abad ke-6, penggambaran iblis mulai muncul dalam budaya Kristen. Namun sekali lagi, penggambaran awal iblis tidak menunjukkan dia dengan tanduk dan kuku.
Misalnya, iblis adalah malaikat biru dalam mozaik abad ke-6 di Basilika Sant'Apollinare Nuovo di Ravenna, Italia.
Kemudian dia diidentifikasi sebagai "binatang buas", dan dia sering digambarkan sebagai seekor naga dalam lukisan Santo Agustinus (atau mungkin Santo Wolfgang) pada abad ke-15.
Mereka yang menghadapi iblis menggambarkan dia sebagai makhluk mirip naga dengan sayap seperti kelelawar.
Kemudian ada Pan. Dalam mitologi Yunani, Pan adalah dewa alam liar, penggembala, dan ternak. Namun dia biasanya ditampilkan dalam bentuk faun atau satir dengan kaki belakang, kuku, dan tanduk.
Penulis Kristen awal menyebut Pan sebagai iblis dalam upaya mereka membujuk orang untuk meninggalkan politeisme demi agama yang lebih baru.
Namun Pan tidak terlalu penting dalam panteon klasik, dan klasifikasinya hanya sebagai iblis lain tidak menjelaskan mengapa iblis yang paling utama, iblis justru terlihat seperti satir.
Dalam mitologi Yunani, Satir adalah makhluk penghuni hutan-hutan dan pegunungan, dan memiliki hubungan yang dekat dengan Dewa Pan dan Dionisos dalam mitologi Yunani.
Iblis seperti Satir
Beberapa sejarawan menyarankan bahwa iblis dikaitkan dengan kambing kuno dari dunia bawah. Hal itu menjelaskan penggambaran setan modern dengan tanduk dan kuku kambing.
Misalnya, iblis Azazel mungkin dikaitkan dalam legenda Yahudi dengan ritual "kambing hitam", yaitu seekor kambing yang dikutuk dengan dosa orang Yahudi dikirim ke padang gurun pada Yom Kippur, "Hari Pendamaian".
Dalam sebuah studi tahun 2013 di jurnal Numen, sejarawan University of Ibrani, Alexander Kulik berpendapat bahwa penggambaran iblis dengan tanduk dan kuku berasal dari literatur Yahudi awal.
Literatur Yahudi awal itu dapat dilihat dalam "The Greek Apocalypse of Baruch", sebuah teks yang ditulis dalam bahasa Yunani antara jatuhnya Yerusalem pada tahun 70 M dan abad ketiga.
Teks itu menggambarkan ras iblis dengan bagian belakang keledai, mengeklaim bahwa mereka membangun tingkat terendah Menara Babel. Kulik berpendapat bagian ini menunjukkan gagasan iblis "mirip satir" ada dalam pemikiran Yahudi pada saat itu.
Deskripsi itu, menurut Kulik, mungkin telah memengaruhi penggambaran iblis di kemudian hari oleh orang Kristen sebagai satir, mungkin melalui penulis Kristen yang mempelajari teks-teks Yahudi, seperti sarjana abad kelima Saint Jerome.
Ronald Hutton, seorang sejarawan di University of Bristol di Inggris, bagaimanapun, menyatakan bahwa penggambaran iblis bertanduk berasal jauh setelah itu.
Dia berargumen bahwa iblis menjadi terkait dengan Pan hanya dua abad yang lalu, selama kebangkitan Neo-Pagan di Eropa yang berusaha untuk menantang kepercayaan Kristen yang dominan.
Gerakan ini termasuk sastra "Cult of Pan", yang menyatukan pandangan romantis alam dengan dewa Yunani kuno. Dan itu mengarah pada identifikasi modern Pan dengan iblis, kata Hutton kepada Live Science melalui surel.
"Peralihan ke penggambaran modern tentang iblis dengan tanduk dan kaki kambing serta janggut adalah abad ke-19, dan tampaknya berasal dari sastra kontemporer dan kultus artistik Pan, sebagai dewa pedesaan yang semakin dipuja," katanya.
Source | : | Live Science,National Geographic |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR