Nationalgeographic.co.id - Ketika Anda berjalan melewati salah satu gunung berapi yang bergemuruh di Sisilia, pikiran Anda mungkin melayang membayangkan magma yang sedang naik atau lempeng tektonik yang bergeser adalah penyebabnya.
Akan tetapi orang Yunani kuno yang hidup di bawah bayang-bayang gunung berapi ini, justru memiliki penjelasan yang berbeda. Mereka mengaitkan guntur dan kilatan api tersebut dengan para Cyclops, ras raksasa dalam mitologi Yunani yang bekerja keras di perut bumi yang gelap.
Cyclops adalah ras raksasa, keturunan dari para raksasa yang melanjutkan dewa-dewa Yunani. Dengan sedikit disiplin, mereka dapat menciptakan keajaiban, tetapi sebagian besar, mereka adalah makhluk tanpa hukum dan destruktif yang mencapai sangat sedikit.
Cyclops adalah makhluk besar dan lamban, begitu tingginya sehingga orang dewasa akan berada di bawah lutut mereka. Mereka memiliki kepala berbentuk balok dengan fitur lebar dan satu mata bulat di tengah dahi, tepat di atas hidung.
Di atas penampilan alami mereka yang kasar, makhluk-makhluk ini tidak berusaha terlihat beradab. Mereka membiarkan rambut dan janggut mereka tumbuh menjadi gumpalan kusut, memakai pakaian kasar yang terbuat dari kulit binatang, dan hampir tidak pernah mandi.
Dalam The Odyssey, Homer memberikan deskripsi definitif tentang cyclops: "Seorang ogre yang mengerikan, tidak seperti orang yang pernah mencicipi roti, dia agak mirip dengan puncak berbulu lebat di pegunungan, menonjol jelas, jauh dari yang lain."
Penulis lain setelah Homer mengambil Cyclopsnya sebagai model mereka sendiri, menciptakan ras raksasa biadab yang serupa.
Meskipun Anda tidak dapat menilai semua monster dari penampilannya, tetapi bentuk kasar Cyclops adalah representasi yang cukup bagus dari karakter aslinya.
Pertama dan terpenting, Cyclops adalah antisosial. Mereka menolak segala bentuk struktur masyarakat, menolak menghormati dewa, mematuhi hukum manusia, atau bahkan tetap setia satu sama lain.
Mereka hidup dalam suku-suku kecil, yang biasanya terisolasi di sebuah pulau atau di pegunungan. Di dalam suku-suku ini, tidak ada bentuk pemerintahan; setiap makhluk memiliki guanya sendiri, dan dia jarang mengunjungi saudara-saudaranya.
Terkadang, seorang Cyclops akan berbagi guanya dengan seorang istri atau anak kecil, tetapi ini adalah batas keramahannya. Memang, jika manusia tersandung ke salah satu gua monster ini, dia mungkin akan dicabik-cabik dan dimakan, daripada disambut sebagai tamu.
Source | : | Ancient Origins |
Penulis | : | Wawan Setiawan |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR