Di tahun-tahun berikutnya, Selir Gong dikurung di Istana Kecemerlangan Agung. Dikatakan bahwa dia sering menghabiskan hari-harinya dengan menangis. Kehidupannya yang menyedihkan membuat istananya mendapatkan julukan Istana Dingin. Julukan itu menggambarkan istana selir yang sunyi yang tidak disukai.
Pada 1601, putranya Zhu Changluo akhirnya diangkat menjadi Putra Mahkota setelah Kaisar Wanli menyerah pada tentangan keras dari istananya. Meski begitu, Selir Gong – ibu dari calon kaisar – tidak menerima promosi atau pengakuan apa pun. Baru pada tahun 1605 ketika putra Zhu Changluo lahir, Kaisar Wanli mengangkatnya menjadi Permaisuri Bangsawan Kekaisaran Cisheng.
Pada tahun 1611, Permaisuri Mulia Cisheng jatuh sakit. Ketika putranya Zhu Changluo mengunjunginya di hari-hari terakhirnya. Kata-kata terakhirnya mencerminkan pengorbanan sunyi seorang ibu, “Kamu sudah dewasa sekarang. Aku akan meninggal tanpa penyesalan.”
9 tahun kemudian pada tahun 1620, Zhu Changluo akhirnya naik takhta – pemandangan yang sayangnya tidak pernah dilihat oleh ibunya. Ironisnya, dia meninggal sebulan kemudian dan putranya Kaisar Tianqi mengambil alih takhta.
Kaisar Tianqi memberikan gelar anumerta kepada neneknya Ibu Suri Xiaojing. Ia memakamkannya kembali di Mausoleum Dingling di sebelah Kaisar Wanli.
Setelah kemalangan dan pengorbanan seumur hidup, orang akan berharap Ibu Suri Xiaojing akhirnya bisa dimakamkan dengan damai dalam kematiannya. Tragisnya, selama Revolusi Kebudayaan sekitar 300 tahun kemudian pada tahun 1966, makam Ibu Suri Xiaojing digerebek dan dinodai oleh Pengawal Merah. Bersama dengan Kaisar Wanli dan Permaisuri Xiaoduanxian, jenazah dan harta bendanya dikutuk dan dibakar untuk dilihat semua orang.
Di Harem Dinasti Qing, ada selir yang tewas karena tenggelam di sumur
Lahir dari Klan Tatara, Lady Tatara – calon Selir Zhen – tumbuh di Guangzhou. Ia kemudian pindah ke Beijing saat berusia 10 tahun. Di usia ke-13, Lady Tatara terpilih untuk memasuki harem kekaisaran Kaisar Guangxu sebagai Selir Zhen dengan kakak perempuannya, Selir Jin. Pada tahun 1894, keduanya diangkat menjadi permaisuri.
Tumbuh di kota pelabuhan seperti Guangzhou memberikan apresiasi terhadap budaya dan praktik baru. Namun sayangnya, hal itu menjadi berkah sekaligus kutukan di Kota Terlarang.
Dengan semangat riang dan kepribadiannya yang ceria, Permaisuri Zhen dengan cepat mendapatkan dukungan dari Kaisar Guangxu di istana. Pasangan itu sering menghabiskan waktu bersama menikmati fotografi. Bagi Kekaisaran Tiongkok, fotografi adalah aktivitas Barat yang dianggap tidak ortodoks.
Konon pada tahun 1894, Permaisuri Zhen berhasil mendapatkan satu set peralatan fotografi secara diam-diam dari luar istana. Penggemar fotografi bahkan akan berdandan dan berpose untuk foto dengan pakaian berbeda, mengabaikan etiket kerajaan.
Selain fotografi, Permaisuri Zhen juga melibatkan Kaisar Guangxu dalam diskusi politik. Ia sering kali mendorongnya untuk melakukan reformasi politik untuk menyelamatkan kekaisaran yang mengalami penurunan. Perilaku ini, bersama dengan kemampuannya untuk menarik perhatian kaisar, membuat Ibu Suri Cixi murka. Cixi adalah penguasa de facto saat itu.
Pada tahun 1894, Permaisuri Zhen dan Permaisuri Jin diturunkan jabatannya oleh Cixi. Itu dilakukan setelah Permaisuri Zhen diketahui turut campur dalam prosedur pengangkatan sipil, yang mengakibatkan serangkaian skandal publik.
Saat Dinasti Qing melawan serbuan asing dan meluasnya kerusuhan sosial-politik, Kaisar Guangxu meluncurkan Reformasi Seratus Hari pada tahun 1898. Ini terdiri dari reformasi politik, sosial, dan pendidikan seperti memodernisasi militer Tiongkok dan menghapus sistem ujian kekaisaran. Di antaranya adalah rencana untuk menggulingkan Cixi dari kekuasaan. Cixi yang murka pun melancarkan kudeta dan menempatkan Kaisar Guangxu sebagai tahanan rumah terpisah dari istri-istrinya.
Pada Agustus 1900, setelah Pemberontakan Boxer, Aliansi Delapan Negara menyerbu Beijing. Ini memaksa Cixi dan Kaisar Guangxu melarikan diri ke selatan menuju kota Xi'an. Dikatakan bahwa ini juga merupakan periode ketika Permaisuri Zhen tenggelam di sebuah sumur di Kota Terlarang.
Ada banyak klaim yang belum diverifikasi bahwa Cixi-lah yang memerintahkannya untuk dilemparkan ke dalam sumur. Tubuhnya baru diambil setahun kemudian setelah rombongan kekaisaran kembali.
Sumur tempat dia meninggal dapat ditemukan di dekat Istana Umur Panjang yang Tenang di Kota Terlarang hari ini. Kini, warisan Permaisuri Zhen terus hidup karena keadaan misterius seputar kematiannya yang tragis memicu desas-desus yang tidak pernah ada akhirnya.
Meski bergelimang harta, kenyamanan, dan kemewahan, kehidupan harem Kekaisaran Tiongkok tidak selalu bahagia.
Source | : | The Collector |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR