Nationalgeographic.co.id—Setelah berhasil menaklukkan Kekaisaran Tiongkok dan Korea, Mongol pun beralih ke wilayah baru. Itu adalah Kekaisaran Jepang. Di masa itu, pasukan Mongol yang kuat dan menakutkan itu merupakan militer terkuat.
Namun semua itu berhasil dikalahkan oleh samurai dan alam. Bagaimana kisahnya?
Pertempuran dua kekuatan besar: samurai Kekaisaran Jepang dan pasukan Mongol
Pertempuran antara Mongol dan Kekaisaran Jepang merupakan pertempuran dua kekuatan militer yang paling terkenal dalam sejarah.
Prajurit berkuda Kubilai Khan yang terkenal merupakan warisan dari Genghis Khan. “Pasukan itu berhasil meneror Eropa Timur dan menaklukkan hampir seluruh Asia,” tulis Mamerto Adan di laman Owlcation.
Memanah kuda dan formasi unit adalah intinya, didukung oleh logistik yang terorganisir dengan baik. Struktur komandonya fleksibel, memungkinkan tentara melakukan manuver cepat.
Senjata termasuk pedang dan berbagai peralatan berbilah. Dan penaklukan mereka atas Kekaisaran Tiongkok memberi mereka akses ke bubuk mesiu. Tapi busur komposit mereka adalah aset militer utama mereka.
Kubilai Khan lantas membawa pasukannya yang disiplin dan terorganisir dengan baik ke Kekaisaran Jepang. Tidak mau menyerah dengan mudah, Kekaisaran Jepang memiliki taringnya sendiri. Samurai menjadi andalan dalam melawan serangan Mongol.
Keshogunan yang mapan, terus-menerus berperang satu sama lain menghasilkan beberapa samurai yang tangguh. Samurai pemberani dan kejam, mengenakan baju besi pipih, dan dilengkapi dengan senjata tajam yang dibuat dengan baik.
Seperti bangsa Mongol, samurai dilatih memanah kuda. Dilema di sini adalah bahwa pasukan samurai dibatasi pada gaya bertarung mereka sendiri.
Mereka lebih sering terjun dalam pertempuran tradisional dan ritual duel. Meskipun ganas dan brutal, samurai tidak memiliki organisasi militer yang tepat dan cepat seperti Mongol.
Dengan kemenangan Mongol di Eropa Timur dan beberapa bagian Asia, kemenangan mudah atas pasukan keshogunan sudah di depan mata. Tapi itu tidak terjadi dalam kedua upaya invasi.
Source | : | owlcation.com |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR