Takeda Shingen, pewaris klan yang memiliki masa depan cerah
Takeda Shingen adalah anak sulung dari Takeda Nobutora dan akan mengambil alih klan di Provinsi Kai. Di Kekaisaran Jepang, sang samurai legendaris ini dijuluki sebagai Harimau dari Kai.
Dia melibatkan dirinya dalam politik klan dan urusan militer. Pada tahun 1536, dia bergabung dalam kampanye melawan Genshin Hiraga dari Shinano, yang mundur ke kastelnya dan mencoba menunggu musim dingin.
Shingen, seperti Kenshin, menaruh minat pada budaya Tiongkok kuno dan mitologi Buddha. Dia juga tampak sangat tertarik dengan ajaran Sun Tzu. Pada panji-panji perangnya, Shingen mencantumkan semboyan Furinkazan (angin, hutan, api, gunung). Maksudnya adalah cepat seperti angin, senyap hutan, ganas seperti api, tak tergoyahkan seperti gunung.
Klan Takeda juga terkenal dengan keterampilan dan keganasan kavaleri mereka.
Pemberontakan dan ekspansi Shingen dan Kenshin di Kekaisaran Jepang
Takeda Nobutora berencana menggulingkan Shingen sebagai ahli warisnya demi putra keduanya, Nobushige. Sebagai anak sulung dan pewaris sah, Shingen pun marah. Shingen akhirnya menggulingkan ayahnya dan mengasingkannya ke Suruga.
Setelah itu, Takeda Shingen mengalihkan perhatiannya untuk menaklukkan sisa Shinano, yang merupakan provinsi yang jauh lebih besar. Panjang utara-selatannya hampir membentang dari pantai ke pantai.
Dua panglima perang di Shinano utara melakukan perjalanan ke timur laut ke Echigo. Mereka mengajukan petisi kepada Uesugi Kenshin (yang menguasai Klan Uesugi) untuk membantu melawan pasukan Takeda.
Dipengaruhi oleh ekspansi agresif tetangganya di selatan, Kenshin setuju untuk membantu. Ia pun mengumpulkan kekuatan untuk berbaris melawan Takeda.
Kedua pasukan bertemu di dataran Kawanakajima pada tahun 1553. Namun rupanya itu merupakan pertempuran kecil. Tidak ada panglima perang yang memperoleh wilayah yang signifikan atau melakukan penyerangan.
Source | : | The Collector |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR