Cronus diberi sabit besar yang terbuat dari batu. Bilah adamantine besar berkilau dan siap untuk mencicipi darah dan mengebiri Uranus. Malam ini, anak-anak Gaia akan dibebaskan.
“Dan malam ini,” pikir Cronus, dengan kilatan keserakahan di matanya, “aku akan menguasai alam semesta menggantikan ayahku!”
Cronus menunggu dengan sabar sampai Gaia dan Uranus bertemu. Saat dia merayunya untuk terakhir kalinya di gerbang anak-anaknya yang dipenjara, Cronus dengan cepat melompat ke depan sambil membawa sabit. Dengan potongan besar, darah dan testis Uranus tumpah ke laut.
Darah yang berputar-putar mulai berubah dan berwujud dua makhluk besar, Erinyes dan Meliae, ras Gigantes. Busa putih keluar dari testis, berbentuk dewi cantik, Aphrodite.
Uranus jatuh ke tanah, marah dan kesakitan yang luar biasa. Serangan ganas terhadapnya oleh putranya sendiri terlambat disadari.
Bersumpah membalas dendam, Uranus mengumpulkan sedikit kekuatan yang tersisa dan menghilang, meninggalkan Cronus sendirian untuk menyaksikan bentuk mengerikan di gerbang penjara mereka, Tartarus.
Cronus memulai pemerintahannya. Tapi kemudian Cronus menatap ke arah gerbang. Dia segera menyadari mengapa adik-adiknya dipenjara ketika dia melihat wajah makhluk-makhluk yang kejam dan banyak tangan.
Mereka berteriak dengan kejam dan marah padanya. Cronus belum pernah melihat mereka sebelumnya, mereka begitu cepat disembunyikan. Seketika dia tahu bahwa mereka berbahaya.
Cronus merawat ibunya, tetapi makhluk-makhluk ini merupakan ancaman bagi takhta dan kekuasaannya. Mereka tidak bisa dibebaskan, janji atau tanpa janji.
Gaia tidak akan pernah mengerti ini, dibutakan oleh cinta seorang ibu, tetapi mata Cronus terbuka lebar terhadap kengerian yang mengancam di dalam lubang itu.
Cottus, Briareus, Gynes, dan para Cyclops menjerit dalam kesedihan dan kemarahan yang mengerikan saat gerbang mereka ditutup lagi, dan bayangan kegelapan menutupi mata mereka.
Seekor naga perkasa, Campe, ditempatkan di depan penjara mereka sebagai penjaga. Cronus duduk sendirian dalam cahaya api dari nafas naga, tenggelam dalam pikirannya atas apa yang telah dilihat dan dilakukannya. Dia baru saja menggulingkan ayahnya sendiri dan merebut takhta bersama saudara perempuannya, Rhea.
Peneliti Ungkap Hubungan Tanaman dan Bahasa Abui yang Terancam Punah di Pulau Alor
Source | : | Mythology Source |
Penulis | : | Hanny Nur Fadhilah |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR