Sekolah itu diberi nama Shinto Ryu. Di sana, Tsukahara Bokuden memanfaatkan kemampuannya yang unik dengan pedang samurai dengan baik. Ia pun mengembangkan gayanya sendiri yang disebut Single Cut Style.
Seni mengalahkan musuh tanpa menggunakan tangan
Pada saat sang master mencapai usia 50, ia mengembangkan cara berpikir yang tidak lazim di zamannya. Tsukahara Bokuden bosan terus-menerus merasakan kebutuhan untuk membuktikan dirinya. Pasalnya, saat itu ia sudah memiliki kepercayaan diri pada kemampuannya.
Di sisi lain, Tsukahara Bokuden merasa lebih baik menghindari konflik daripada harus terus-menerus menunjukkan dirinya sebagai yang terbaik.
Ada satu kisah yang menunjukkan keinginan Tsukahara Bokuden untuk mengatasi masalah tanpa kekerasan. Saat bepergian dengan perahu, seorang samurai muda menindas dan mengintimidasi beberapa penumpang lainnya. Ia menyombongkan kehebatannya dalam bertarung dan mengaku sebagai yang terbaik di Kekaisaran Jepang saat itu.
Ketika samurai muda menyadari betapa tidak tergeraknya Tsukahara Bokuden, ia marah. Tidak tahu dengan siapa dia berhadapan, samurai muda yang sombong itu menantang Tsukahara Bokuden untuk berduel.
Tsukahara Bokuden mengatakan kepadanya, “Seni saya berbeda dari seni Anda. Alih-alih fokus pada mengalahkan orang lain, saya lebih memikirkan bagaimana caranya agar tidak dikalahkan."
Tsukahara Bokuden lalu memberitahunya soal sekolahnya bernama The Mutekatsu Ryu yang berarti “mengalahkan musuh tanpa tangan”.
Samurai muda melihat ini sebagai tindakan pengecut dari Tsukahara Bokuden. Masih belum puas, ia memerintahkan tukang perahu untuk berhenti di sebuah pulau agar mereka bisa bertempur di sana.
Ketika samurai muda melompat ke perairan dangkal, Tsukahara Bokuden memegang tiang tukang perahu dan melanjutkan perjalanan. Samurai muda yang murka pun ditinggalkan di pulau itu. Tsukahara Bokuden yang bijak tertawa dan berteriak kepada calon musuhnya, “Ini sekolah pedangku!”
Kehidupan Pensiun Tsukahara Bokuden di Kekaisaran Jepang
Saat pensiun, Tsukahara Bokuden menyepi di tempat perlindungan gunung. Di sana, banyak samurai muda datang untuk belajar darinya.
Masa Depan Pengolahan Sampah Elektronik Ada di Tangan Negara-negara Terbelakang?
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR