Nationalgeographic.co.id – Seperti halnya bagi budaya lain, hewan peliharaan juga penting bagi bangsa Nordik pada Zaman Viking (sekitar 790-1100 M). Menurut penulis sejarah kuno, Joshua J. Mark, Bangsa Viking memelihara anjing dan kucing sebagai hewan peliharaan, “keduanya muncul dalam ikonografi dan literatur religius bangsa Nordik.”
Tak hanya itu, orang-orang Nordik kala itu juga memelihara beruang dan burung peliharaan, seperti elang, alap-alap kawah, dan burung merak.
Kucing dalam Mitologi Nordik
Kucing adalah hewan kesayangan dewi kesuburan Freya, yang juga merupakan dewi cinta dan keberuntungan. Kereta Freyja ditarik oleh kucing, khususnya skogkatt (kucing hutan Norwegia), yang lebih besar dan lebih kuat daripada kebanyakan kucing rumahan yang dijinakkan.
Dalam mitologi Nordik, Freya diniscayai mampu meramal masa depan dan membentuk takdir seseorang. Hal ini berkaitan dengan sifat kucing itu sendiri: kucing dianggap tidak dapat diprediksi seperti halnya kehidupan itu sendiri.
Meskipun kucing adalah hewan suci bagi Freya, menurut Joshua, kucing tetap menjadi hewan yang dikorbankan dalam ritual.
“Bulunya digunakan untuk melapisi sarung tangan dan pakaian lainnya,” jelas Joshua, “namun pada saat yang sama, membunuh seekor kucing dianggap sebagai pembawa sial.”
Menurut mitolog dan cendekiawan Jakob Grimm, "ketika seorang pengantin wanita pergi ke pesta pernikahan saat cuaca cerah, mereka mengatakan 'dia telah memberi makan kucing dengan baik', tidak menyinggung perasaan kesayangan dewi cinta."
Dalam mitologi Nordik, memperlakukan kucing dengan baik, akan membuat sang dewi melakukan hal yang sama terhadap manusia.
Selain sebagai hewan kesayangan dewi Freya, kucing juga muncul dalam mitos Fenrir. Diketahui Fenrir adalah serigala besar yang menengarai akhir dunia atau senjakala bagi para dewa.
Konon, gleipnir–tali yang digunakan untuk menahan Fenrir–terbuat dari suara kucing yang sedang berjalan, jenggot seorang wanita, akar pegunungan, napas ikan, dan ludah seekor burung.
Source | : | Worldhistory.org |
Penulis | : | Tri Wahyu Prasetyo |
Editor | : | Utomo Priyambodo |
KOMENTAR