Nationalgeographic.co.id—Setiap kebudayaan memiliki ritual berkabung yang unik. Sejarawan Yunani Herodotus meninggalkan catatan tentang ritual berkabung dalam sejarah Mesir kuno. Menurutnya, ketika seekor kucing mati, semua anggota rumah tangga itu akan mencukur alisnya. Hal itu dilakukan sebagai tanda penghormatan dan kesedihan keluarga yang ditinggalkan.
Kucing dalam sejarah Mesir kuno
Orang Mesir kuno memelihara kucing untuk menjauhkan tikus dan ular dari rumah dan tempat penyimpanan makanan.
Kucing juga digambarkan dalam ekspedisi berburu di rawa-rawa di mana diperkirakan mereka digunakan untuk mengusir burung dari alang-alang.
Selain untuk tujuan praktis, ada cukup bukti yang menunjukkan bahwa kucing disayangi oleh keluarga di Mesir kuno. Misalnya di makam Ipuy dari Deir el Medina (1293-1185 Sebelum Masehi), seekor kucing peliharaan digambarkan mengenakan anting-anting. Dalam lukisan itu, salah satu anak kucingnya sedang bermain dengan lengan tunik pemiliknya.
Mengapa orang Mesir kuno mencukur alisnya ketika kucing keluarga mati?
Mencukur alis saat kucing milik keluarga mati adalah tanda bahwa orang Mesir sangat menyayangi hewan peliharaan mereka. “Selain itu, hewan dipandang suci. Hewan memainkan peran penting dalam kehidupan sehari-hari dan ibadah agama,” tulis Cecilia Bogaard di laman Ancient Origins. Sebagian hewan bahkan diasosiasikan dengan dewa-dewa tertentu yang memiliki karakteristik yang sama.
Dalam sejarah Mesir kuno, kucing sangat populer. Dari patung hingga lukisan makam, kucing digambarkan dalam banyak objek menjadi bukti kesakralannya. Bahkan ada catatan bahwa kucing milik bangsawan Mesir kuno dihiasi dengan perhiasan emas yang mewah.
Tapi orang Mesir kuno tidak menyembah kucing. “Yang mereka lakukan adalah mengamati perilaku kucing,” jelas Antonietta Catanzariti, kurator Divine Felines: Cats of Ancient Egypt. Dengan mengamati karakteristik kucing, seperti ketelitian, agresi, atau sifatnya, orang Mesir kuno menciptakan dewa menurut gambar mereka.
Arkeolog percaya bahwa kucing pertama kali didomestikasi sebagai pengendalian hama yang efisien terhadap hama dan ular berbisa. Saat kucing menjadi lebih jinak, popularitas Bastet meningkat secara eksponensial di Mesir kuno.
Dalam sejarah Mesir kuno, Bastet adalah dewi rumah, kesuburan, dan perlindungan. Sang dewi digambarkan berkepala kucing. Bagi orang Mesir kuno, Bastet dapat mendatangkan keberuntungan dan mengusir roh jahat
Memelihara kucing sebagai hewan peliharaan dipercaya memiliki kualitas yang sama. Bastet segera mengilhami apa yang disebut Cult of the Cat yang berpusat di sekitar Bubastis.
Source | : | Ancient Origins |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR