Kini, dua pihak yang saling bertentangan pun muncul di sekitar Aleksander IV.
Pada tahun 318 Sebelum Masehi, pasukan Polyperchon dikalahkan dan dia harus mundur ke Epirus. Dia membawa Aleksander IV dan Roxana bersamanya. Olympias memainkan peran penting selama ini: dia membantu Polyprchon mengambil alih Makedonia dari Cassander.
Untuk mengamankan sekutu di Epirus, Olympias menjodohkan Aleksander IV muda dengan Putri Deidamia, putri Raja Epirus.
Sangat mengesankan bagaimana pasukan Eurydice membelot ke Olympias, para prajurit menolak untuk melawan ibu dan anak Aleksander Agung.
Setelah kemenangan ini, Olympias menangkap Philip III dan Eurydice. Mereka dieksekusi pada tahun 317 Sebelum Masehi. Eksekusi itu menjadikan Aleksander IV muda sebagai satu-satunya penguasa, dengan Olympias sebagai walinya.
Konspirasi Cassander melawan Olympias
Namun, ini bukanlah akhir dari Cassander. Dia berhasil merebut kembali Makedonia pada tahun berikutnya. Cassander menangkap Olympias di Pydna dengan maksud untuk mengeksekusinya.
Karena tentara menolak untuk menyakiti ibu Aleksander Agung, Olympias diserahkan kepada keluarga korbannya, yang membunuhnya.
Setelah merebut kembali Makedonia, Cassander membawa Aleksander IV dan Roxane ke Amphipolis sebagai tawanan. Mereka ditahan di benteng Amphipolis dengan seorang pria bernama Glaucias sebagai sipir mereka.
Cassander memerintahkan agar bocah itu diperlakukan seperti orang biasa, tanpa kehormatan kerajaan.
Anak laki-laki itu, yang secara resmi masih menjadi penguasa, menunggu di pengasingan. Sementara itu, diadochi saling bertarung untuk memperebutkan bagian dari kerajaan ayahnya.
Perang diadochi yang ketiga berakhir pada tahun 311 dengan perjanjian perjanjian antara Ptolemy, Cassander, Antigonous, dan Lysimachus.
Perjanjian yang sama menyertakan catatan bahwa Cassander akan mempertahankan wilayahnya hanya sampai Aleksander IV mencapai usia dewasa.
Hal ini menunjukkan bahwa, setidaknya secara nominal, bocah itu masih dianggap sebagai raja Makedonia.
Meskipun perjanjian itu tidak secara khusus menyebutkan wilayah lain, Aleksander IV kemungkinan besar dianggap sebagai penguasa seluruh Kerajaan Makedonia.
Pada saat perjanjian dibuat oleh para diadochi, Aleksander IV berusia 11 atau 12 tahun. Raja muda itu mendekati usia di mana dia diharapkan untuk menjalankan tugas kerajaannya.
Orang Makedonia yang setia kepada Dinasti Argead ingin melihat pemerintahan Aleksander IV atas namanya sendiri dan tanpa bupati. Hal itu merupakan hambatan yang nyata bagi Cassander dan ambisinya.
Pada titik ini, Cassander hanya memiliki satu cara untuk mempertahankan kekuasaannya: melenyapkan anak laki-laki itu dan jejak keluarga Argead lainnya.
Jika itu berhasil, tidak ada lagi kerabat Aleksander Agung yang dapat mewarisi kerajaan.
Diodorus menegaskan bahwa anak laki-laki dan ibunya dibunuh oleh sipir mereka Glaucias atas perintah Cassander.
Garis waktu pasti dari peristiwa tersebut tidak diketahui, tetapi kemungkinan besar terjadi sekitar tahun 310 atau 309, meskipun baru diketahui belakangan. Saudara tiri Aleksander IV, Heracles, juga dibunuh bersama ibunya sendiri sekitar waktu yang sama.
Begitulah nasib bocah malang yang ditakdirkan menjadi penerus Aleksander Agung, sang penakluk legendaris. Tidak seperti ayahnya, ia tidak memiliki kesempatan untuk menunjukkan kehebatannya.
Source | : | The Collector |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR