Pada tahun 1980-an, AI dihidupkan kembali oleh dua sumber: perluasan perangkat algoritmik, dan peningkatan dana. John Hopfield dan David Rumelhart mempopulerkan teknik “pembelajaran mendalam” yang memungkinkan komputer belajar menggunakan pengalaman.
Di sisi lain Edward Feigenbaum memperkenalkan sistem pakar yang meniru proses pengambilan keputusan seorang pakar manusia. Program ini akan bertanya kepada seorang ahli di suatu bidang bagaimana merespons situasi tertentu.
Lain di Amerika Serikat, di Asia penelitian AI telah mewarnai sejarah kecerdasan buatan. "Pemerintah Jepang mendanai banyak sistem pakar dan upaya terkait AI lainnya sebagai bagian dari Proyek Komputer Generasi Kelima mereka (FGCP)," lanjut Rockwell.
Dari tahun 1982-1990, mereka menginvestasikan $400 juta dolar dengan tujuan merevolusi pemrosesan komputer, menerapkan pemrograman logika, dan meningkatkan kecerdasan buatan.
Kita sekarang hidup di zaman “big data”, suatu zaman saat kita mempunyai kapasitas untuk mengumpulkan informasi dalam jumlah besar yang terlalu rumit untuk diproses oleh manusia.
Penerapan kecerdasan buatan dalam hal ini telah membuahkan hasil di beberapa industri seperti teknologi, perbankan, pemasaran, dan hiburan. Setidaknya, kita akan selalu hidup berdampingan dengan kecanggihan AI berkat para perintis sejarah kecerdasan buatan.
Source | : | Science in The News of Harvard University |
Penulis | : | Galih Pranata |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR